Luwuk Times — Periode September 2022, kemiskinan di Provinsi Sulteng lebih rendah dari Maret 2022. Dengan kata lain terjadi penurunan dari 12,33% menjadi 12,30% atau turun 0,03%. Tapi ada anomali dibalik itu. Warga miskin di wilayah perkotaan malah meningkat.
“Kemiskinan di wilayah perkotaan meningkat dari 9,03% pada Maret 2022 menjadi 9,13% pada September 2022,” kata Asisten Perekonomian dan Pembangunan Rudi Dewanto, pada Rapat Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (TKPKD) se Sulteng pada Kamis (23/02/2023) di Bappeda Sulteng.
Apa penyebabnya? Rupanya kenaikan BBM pada periode tadi yang menjadi pemicunya.
“Kenaikan BBM beberapa waktu lalu (September 2022) telah menggerus pendapatan dan daya beli masyarakat. Sehingga memberi efek kejut khususnya pada masyarakat perkotaan yang harus mengeluarkan lebih banyak biaya,” urai asisten.
Biaya yang dimaksud antara lain untuk memenuhi kebutuhan pangan dan transportasi. Mobilitas masyarakat perkotaan lebih tinggi dari pada masyarakat perdesaan.
Untuk itu, Gubernur Rusdy Mastura lewat Asisten Rudi Dewanto mengisyaratkan pemanfaatan dana CSR perusahaan kedalam bentuk program bantuan sembako untuk membantu masyarakat miskin perkotaan.
Ditambah lagi supaya tepat sasaran, maka kabupaten/kota dimintanya secara kontinyu memuktahirkan data pensasaran percepatan penghapusan kemiskinan ekstrem atau P3KE.
“Sebelum BPS turun menyurvei ke kabupaten/kota masing-masing, saya harap masyarakat kita sudah terkena intervensi (bantuan sembako),” tandasnya.
Sementara narasumber Kepala Perwakilan BPKP Sulteng Evenri Sihombing menegaskan ketersediaan data by name by addres yang valid dapat memudahkan program-program intervensi penanggulangan kemiskinan ekstrim di kabupaten kota.
Selain itu komitmen dan konsistensi yang tinggi pemerintah daerah diklaimnya jadi faktor penentu untuk keberhasilan menurunkan kemiskinan secara drastis.
“Kawal tiap bulan supaya kemiskinan cepat turun karena sudah ada datanya,” serunya. *
Ro Adpim Setdaprov Sulteng
Discussion about this post