Aksi Demonstrasi Masyarakat Paris Sebagai Bentuk Penolakan RUU Pensiun

_{Oleh: Lili Haryani D Aluano}

PARIS merupakan salah satu kota yang menjadi pusat mode dunia. Paris sendiri merupakan objek wisata kota klasik yang meliputi Katedral Notre Dame Kuno, Arc de Triomphe, Menara Eiffel, dan prestasi arsitektur kontemporer seperti distrik La Defense.

Paris merupakan kota yang memiliki banyak sejarah, budaya, kuliner serta sastra, dengan keindahan yang dimilikinya membuat banyak orang yang berbondong – bondong untuk berlibur ke kota paris.

Paris sendiri dipimpin oleh Emmanuel Marcon. Salah satu keputusan Emmanuel Macron pada tahun 2017.

Keputusan dari Presiden dan juga Perdana Menteri Prancis Elisabeth Borne mengumumkan untuk mengakitifkan wewenang konstitusional khusus yang memaksa pengesahan RUU reformasi pensiun yakni pasal 49.3 Konstitusi Prancis.

RUU ini sendiri menghendaki untuk menaikan usia pensiun dari 62 tahun menjadi 64 tahun yang membuat kemarahan diseluruh negeri.

Dengan adanya keputusan presiden mengenai pengesahan RUU reformasi pensiun ini menimbulkan banyak aksi protes dari masyarakat Paris, terutama bagi para petugas sampah yang kemudian melakukan aksi demonstrasi dengan mogok kerja selama 12 hari.

Mereka kemudian memblokir tiga insinerator limbah dipinggiran kota Paris. Demonstrasi ini dilakukan pada tanggal 16 Maret 2023 dengan menggunakan sampah saat bentrok dengan pasukan keamanan yang kemudian menembakkan gas air mata kepada pengunjuk rasa yang menolak perubahan aturan pensiun.

Aksi ini menimbulkan banyak gangguan transportasi, membuat layanan Metro Paris dan kereta api menjadi sangat terbatas, sementara Air France membatalkan beberapa penerbangan jarak pendek dan menengahnya, serta pasokan listrik pun menjadi terhenti.

Sumber : Finance detik.com Sumber : VOA Indonesia

Pemerintah yang terus diam ini sendiri menjadi salah satu penyebab mengapa masyarakat Paris melakukan aksi demonstran tersebut. Mereka tetap meminta untuk melakukan pertemuan mendesak bersama pemerintah.

Aksi demonstran ini dilakukan di jalan Paris seperti di marseille, Nice, serta kota-kota lain.

Ada beberapa hal yang dapat kita lihat dari peristiwa RUU pensiun Prancis ini yakni :

1. RUU ini memuat mengenai perubahan usia dan pensiun dan perubahan angka gaji
   Jika melihat hal yang telah dikerjakan oleh para serikat buruh maka hal ini tentu bertentangan. Dimana, mereka telah bekerja tanpa mengenal cuaca baik dari musim panas, salju, hujan, maupun dingin. Namun, dengan RUU tersebut justru membuat upah mereka dari dana pensiun akan berkurang menjadi US $ 1.200 atau kurang dari Rp. 18, 4 juta per bulan. Dengan melihat nilai upah gaji tersebut dapat kita lihat bahwa hal ini justru membuat para serikat buruh menjadi miskin dan tidak dapat memenuhi kebutuhannya. Untuk hal tersebut maka, mereka menginginkan dengan adanya aksi demo ini ingin mengupayakan kenaikan gaji 10 persen dan meningkatkan biaya hidup dan energi.
2. Aksi mogok kerja ini kemudian mengganggu stabilitas negara tersebut. Salah satu dampak yang terjadi adalah kekurangan bahan bakar lebih dari 30 persen SPBU di Prancis. Pasokan listrik sendiri menjadi terhenti akibat pekerja di sektor kelistrikan melakukan aksi mogok kerja. Bahkan setengah dari guru SD sendiri ingin melakukan aksi mogok kerja ini. Aksi ini juga mendapat penolakan dari anak muda yang membawah pagar besi ke tengah kota, serta petugas kebersihan yang mengumpulkan sampah ditengah kota yang membuat para petugas keamanan mengeluarkan senjata gas air mata kepada masyarakat paris.
3. Jika dilihat dari sudut pandang pemerintah, aksi ini dilakukan oleh pemerintah untuk dapat menjaga masa depan sistem pensiun di era inflasi sekarang. Namun, hal ini berdampak buruk bagi masyarakat dengan kondisi inflasi yang membuat harga barang semakin naik dan dengan gaji sekian dengan apa yang telah dikerjakan oleh para serikat kerja hal ini sangat tidak adil dan tidak sebanding. Oleh karena hal tersebut, keputusan dari Presiden Emmanuel Marcon menimbulkan aksi demonstrasi.

Melalui peristiwa ini, penulis teringat akan teori Marxisme oleh Karl Max dimana dalam Ekonomi Politik Internasional terjadi kesenjangan kelas antara pemilik modal dan pemilik kelas.