Hingga hari ini hampir seluruh lembaga survei menempatkan Prabowo- Gibran di peringkat pertama, disusul Ganjar-Mahfud dan Anies – Muhaimin.
Diprediksi syndrom Amin Rais akan dialami oleh Anies – Muhaimin (Amin) sebagaimana pernah diutarakan Eef Saefullah Fattah (2023).
Jika melihat fakta dan data-data deklarasi serta kampanye Amin di berbagai Daerah sangat meriah dan mendapatkan sambutan yang sangat dahsat dan luar biasa, seakan-akan bila Pilpres dilaksanakan pada hari ini, dipastikan akan di menangkan oleh pasangan Amin.
Publik dan kita semua lupa bahwa rakyat yang menghadiri deklarasi / kampanye itulah fakta yang sebenarnya pendukung Amin, sebaliknya publik yang tidak hadir dan tinggal di rumah bahkan sedang bersenang-senang di tempat rekreasi yang jumlahnya puluhan bahkan ratusan juta adalah mereka yang akan mendukung pasangan Calon presiden lainnya.
Kepercayaan kita kepada kondisi lapangan tidak selalu berbanding lurus dengan kondisi yang sebenarnya.
Kita sering terkecoh kepada apa yang kita lihat, apa yang kita dengar dan apa yang sedang kita rasakan.
Kita tidak pernah menyadari dan memahami bahwa apa yang tak terlihat itu justru lebih dahsat dan lebih luhur serta sangat mulia.
Secara teori menurut Newstroom (2007), bahwa kehadiran fisik atau keterlibatan mental seseorang itu belum tentu akan berbanding lurus dengan keterlibatan emosional nya.
Banyak publik yang hadir, tetapi itu hanya kehadiran mental nya, sementara kehadiran nya secara emosional bahkan spiritual nya disimpan nya dirumah atau tersimpan dalam hatinya.
Banyak kasus-kasus politik di tanah air, yang sesuai dengan ritme Amin Rais syndrom, yang secara fisik dan mental jumlahnya sangat banyak, tetapi emosional dan spiritual nya belum tentu.
Amin Rais syndrom adalah pembelajaran politik yang sangat berharga, agar Anies, Prabowo dan Ganjar Pranowo tidak selalu mengandalkan masa pendukung yang datang saat kampanye.
Sebaliknya Anies, Prabowo dan Ganjar mengandalkan kepada mereka yang tinggal di rumah, menjaga kios dan warung mereka, mengandalkan petugas petugas rumah sakit, buru-buru pelabuhan yang sedang bekerja, petani-petani yang sedang bekerja di sawah, nelayan-nelayan yang sedang berada di tengah lautan, dimana mereka tidak memiliki waktu yang cukup untuk sekedar hadir di saat kampanye Capres – Cawapres.
Kampanye yang mengumpulkan puluhan ribu bahkan jutaan orang secara sosiologis politik memang efektif, tetapi secara fsikologis politik akan menurunkan kualitas emosional dan spiritual seseorang karena mereka hanya dapat melihat keramaian tetapi tidak dapat bertemu dan berkomunikasi langsung dengan Capres dan Cawapres nya.
Banyak dari mereka yang senang berkumpul dan ramai-ramai menghadiri konser atau kampanye politik Capres – Cawapres hanya menghasilkan kecapean fisik, emosional dan spiritual nya.
Sebaliknya, mereka yang hanya menonton dari rumah lewat TV dan HP, secara fisik tetap bugar dan emosional dan spiritualnya tetap terjaga, kerugiannya hanya tidak melihat langsung.
Amin Rais syndrom adalah pembelajaran politik terbaik bagi Anis, Prabowo dan Ganjar Pranowo pada Pilpres 2024. Semoga bermanfaat. *
Kunjungi Luwuk Times di Google News
Discussion about this post