Reporter Setiyo Utomo
PAPUA, Luwuktimes.id— Apes betul yang dialami kontingen cabang olahraga sepak takraw Sulteng. Meski panitia PON XX Papua sudah merelokasi tempat penampungan, dari asrama Uncen ke asrama IAIN, lantaran letak toilet berjauhan dengan tempat tinggal, tapi saja masih menemukan masalah.
Pasalnya, para duta olahraga Sulteng ini lambat menerima suplai makanan serta tidur tanpa AC (air conditioner).
Pelatih cabang olahraga Takraw Sulteng, Sandrina Kaliey kepada Luwuktimes.id Sabtu (25/09) mengaku, asrama yang kini ditempati atlet takraw Sulteng setelah semalam sempat pindah ke asrama IAIN, sudah cukup baik.
“Dua orang untuk satu kamar. Sedang kamar mandi/toilet letaknya di dalam rumah,” kata Sandrina.
Meski sudah dipasang AC, tetapi belum dialiri listrik. Bahkan lampu lebih sering padam.
Sandrina menegaskan, kondisi seperti ini tentu sangat tidak nyaman dan menganggu kebugaran atlet yang sudah dipersiapkan cukup lama.
KONSUMSI
Untuk konsumsi atlet dan pelatih juga masih menjadi masalah dan memprihatinkan.
Buktinya saat Luwuktimes.id bersama Ketua Kontingen Ngo Hendry dan Ketua Harian KONI Sulteng, Edison Ardiles melihat tes lapangan pertandingan di GOR Trikora Uncen Jayapura pukul 14.40 WIT.
Faktanya, para atlet dan pelatih belum mendapat suplai makan dari panitia pelaksana PON Papua.
Baca juga: Pemondokan Atlet Kontingen PON Sulteng Masih Bermasalah
“Sekarang sudah sore jam 14.40. Tetapi suplai makan siang buat atlet pelatih Takraw Sulteng belum diantar. Saat ini kami belum makan, karena makanan belum diantar panitia,” keluh pelatih takraw Sulteng disela-sela uji coba lapangan pertandingan.
Terlambatnya suplai makan pada atlet membuat Ketua Kontingen PON Sulteng, Ngo Hendry jadi “meradang”.
Persoalan terpecahkan, dengan makanan cepat saji buat atlet dan pelatih takraw Sulteng.
Kejadian atlet terlambat makan yang terjadi pada cabang sepak takraw, tidak boleh terulang. Apalagi jadwal tanding sudah di depan mata.
Saat ini atlet harus fokus pada pertandingan. Olehnya jika ada atlet yang makan siang di sore hari itu berarti ada yang salah dan tidak boleh terulang lagi.
Sebab, kata Ngo Hendry, setiap kontingen pasti ada official. Ada penanggung jawab pada setiap cluster.
Merekalah yang harus tanggap untuk mengurusi hal-hal non teknis. Semisal menghubungi Panpel PON XX Papua .
“Intinya atlet harus makan tepat waktu agar kondisinya tetap terjaga untuk siap tanding,” kata Ngo Hendry. *
Discussion about this post