Oleh: Dr. Syarif Makmur, M.Si
MENGERIKAN. Itulah kata terbaik bila memperhatikan sistem kehidupan dunia saat ini dan kedepan. termasuk sistem kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia yang terbaca tidak seirama dan senada lagi dengan nilai-nilai luhur Pancasila dan bahasa-bahasa langit.
Tidak ada sebuah kesimpulan yang menyenangkan dan membahagiakan. Semua aktivitas kehidupan dunia saat ini disibukkan oleh sebuah kekhawatiran dan kegelisahan akan nasib dan masa depan anak-anak dan cucu kita di masa depan yang mengkhawatirkan.
Bangsa dan negara ini lebih-lebih rakyat yang paling bawah ditakut-takuti oleh sebuah prediksi atau ramalan kehidupan yang sangat membahayakan dan mengkhawatirkan, yang terkesan telah memangkas kemahakuasaan Tuhan.
Kita semua di arahkan dan dipaksa untuk mempersiapkan kehidupan yang bertabrakan dan berbenturan dengan hati nurani dan petunjuk-petunjuk Tuhan.
Kesemuanya itu di design oleh sistem jahiliah modern yang mengandalkan Ilmu pengetahuan, teknologi, komunikasi dan informasi dan mengabaikan ayat-ayat langit yang memiliki kebenaran mutlak.
Berita-berita dan Informasi yang bertayangan di media sosial yang sarat kebohongan dan kepalsuan menjadi kebenaran oleh karena setiap waktu di publikasikan, sehingga kebohongan yang selalu di beritakan dan di infokan ke publik dapat menjadi kebenaran yang diterima begitu saja oleh publik.
Benarlah kata Panglima besar Jenderal Sudirman bahwa bila orang-orang benar dan baik hanya berdiam diri dan memilih berada di zona nyaman dan aman, sangat dipastikan kedzaliman dan kebiadaban akan memenangkan pertarungan kehidupan.
Gejala dan fenomena keseharian terkesan baik dan terbaik, tetapi semuanya akan bermuara pada kerusakan sistem kehidupan.
Lihat saja kasus Sambo, Al-jaitun, narkoba dan korupsi Jhoni Flate, Basarnas yang menggurita negara dan bangsa ini seakan tak ada habis-habisnya, semuanya berakhir dengan kerusakan.
Presiden Joko Widodo (2023) mensnyalir bahkan menemukan, perencanaan pembangunan kemanusiaan seperti penanggulangan stunting, 80 % anggaran nya hanya digunakan untuk jalan-jalan dan selebihnya baru untuk stunting, sangat memilukan publik.
Dan tidak hanya pada penanggulangan stunting, hampir semua perencanaan untuk kebaikan publik sudah bias sejak awal.
Dalam penyusunan APBN dan APBD bahkan hingga APBDes, mulai dari perencanaan hingga pelaksanaan, terkesan bukan untuk kepentingan publik tetapi di dominasi oleh keuntungan pribadi dan kelompok.
Para arsitek tingkat dunia yang memainkan isu globalisasi yang dibungkus dengan kemajuan, kemanusiaan dan demokrasi tetapi di dalamnya berisikan kejahatan kemanusiaan yang pada akhirnya menjauhkan manusia dari nilai-nilai illahiah.
Fenomena dan gejala ini tidak hanya terjadi di Indonesia tetapi sudah mendunia. Di semua belahan dunia, memang sedang di design sistem kehidupan yang terkesan indah, mudah dan menyenangkan tetapi kesemuanya itu membuat manusia resah-renggut dan rusak.
Apa yang di ramalkan Prof Dr Herman Soewardi (2001) secara nyata terjadi bahwa krisis ekonomi yang melanda dunia sejak tahun 1997 berakhir pada krisis multidimensional atau krisis moral dan kemunduran akhlak.
Sistem yang menomorsatukan kulit-kulit kehidupan ini memang terlihat indah, mudah, cepat dan menyenangkan tetapi semuanya akan bermuara pada kerusakan moral dan akhlak.
Kita lihat saja, ketergantungan anak-anak kita pada handphone tidak dapat dihindari, dan juga ketergantungan manusia modern dan kita semua pada kecanggihan kecerdasan buatan (AI): google, youtube, instagram, tiktok, telegram dan lainnya yang secara masif, sistematis dan terstruktur telah merusak cara berpikir, cara bersikap dan berperilaku yang telah menyimpang jauh dari prinsip-prinsip kemanusiaan yang dirancang Tuhan.
Otoritas Tuhan dipangkas dan dikalahkan oleh sebuah desain kehidupan yang mengatasnamaakan kemanusiaan dan demokrasi, tetapi semuanya akan berakhir dengan kekecewaan dan kerusakan.
Seakan-akan masa depan manusia sangat ditentukan oleh seberapa besar kemampuannya menguasai Ilmu Pengetahuaan dan teknologi, seberapa besar kemampuan dan kedekatan dengan pusat-pusat kekuasaan, seberapa besar kepemilikan modal dan lainnya yang kesemuanya berakhir dengan angka dan numerik.
Bersambung ke halaman 2
Discussion about this post