Lompatan-lompatan pemikiran baru saat ini yang menempatkan kaum milenial di posisi terdepan mengharuskan para orang-orang tua meninggalkan cara-cara lama yang memposisikaan anak-anak mereka sendiri di urutan bawah, telah terjadi krisis dan anomali dimana para orang tua meragukan kemampuan anak-anak mereka sendiri.
Kalah dan Menang Adalah Ujian
Sebagai negara yang berketuhanan, yang menempatkan Sila Ke-Tuhanan Yang Maha Esa, sebagai sila pertama harus meyakini bahwa tidak ada satupun aktivitas kehidupan yang tanpa campir tangan Tuhan.
Para politisi dan Partai Politik yang berkompetisi pada 2024 akan menghadapi 2 (dua) fenomena, yaitu fenomena kekalahan dan fenomena kemenangan. Kedua fenomena ini adalah ujian.
Bagi yang menang jangan bergembira dulu, karena ada tanggungjawab besar yang harus dipikul nya, dan jangan silau dengan euporia kemenangan, karena bila lalai dan terlena para politisi dan partai politik akan menghadapi jurang kehancuran, yang bisa bersifat sementara dan juga bersifat permanen.
Kemenangan harus di syukuri dengan terus menjaga amanah rakyat, dan tugas berat bagi sang pemenang adalah mewujudkan harapan, aspirasi dan berbagai keinginan rakyat terkait kemiskinan dan kesejahteraan yang telah di ucapkan nya pada saat mengambil sumpah jabatan.
Demikian pun para politisi dan partai politik yang mengalamai kekalahan, agar jangan kecewa dan bersedih, karena kekalahan yang dialami nya merupakan jalan terbaik yang diberikan Allah.
Bisa saja gagal dalam politik, tetapi akan sukses dan berhasil di bidang yang lain. Banyak contoh-contoh mereka yang gagal dalam politik menjadi bangkit dan semangat kembali untuk bertarung di periode berikutnya dan berhasil.
Muhaimin Iskandar (Cak Imin), gagal menjadi Cawapres Prabowo tetapi berhasil menjadi Cawapres Anie Baswedan. Ganjar Pranowo, konflik dan benturan dengan Megawati dan PDIP, tetapi berhasil di usung oleh PDIP sebagai Cawapres.
Fenoemena gagal, tidak berarti gagal permanen, tetapi batu ujian untuk menaiki tangga berikutnya.
Di mata Allah, gagal adalah isarat untuk banyak bersabar, dan menang pun adalah isarat untuk berhati-hati dan banyak bersyukur.
Bila sabar dan syukur lenyap dari para politisi dan partai politik, maka berkah Allah akan dicabut dan diberikannya kepada orang lain, yang satu pun manusia di muka bumi ini tak mengetahuinya.
Jabatan adalah rezeki yang merupakan rahasia Allah, siapapun yang akan menjemputnya menjadi rahasia Allah tetapi merupakan kewajiban manusia untuk menjemputnya.
Allah akan memberikan kemudahan bagi manusia yang akan menjemputnya bila manusia ditempa kesulitan-kesulitan terlebih dahulu.
Bisa saja fenomena GRR adalah desain dan rancangan Tuhan untuk menaikkan derajat nya setelah keluarga Jokowi ini mengalami pasang surut kehidupan masa lalu yang sulit di ungkapkan.
Keluarga Jokowi adalah keluarga yang sangat sederhana tinggal di pinggir kali di Kota Solo, dan tempat tinggal mereka pernah di gusur oleh penguasa kala itu, sehingga pindah-pindah tempat tinggal di kala usia GRR dan saudara nya yang lain masih sangat mudah.
Kehdupan Jokowi yang memprihatinkan dan sangat sulit berbuah menjadi kemudahan dan mengangkat derajat keluarga ini ketempat paling terhormat, walikota solo dua periode dan Menjadi Gubernur DKI serta Presiden RI dua periode.
Efek kesulitan Gibran masa lalu saat ini berbuah kemudahan yang mengangkat derajat diri dan keluarganya pada saat ini. Jangan publik melupakan bahwa apa yang dicapai oleh keluarga Jokowi saat ini merupakan efek dari banyak nya kesulitan masa lalu dan semuanya itu ada Campur Tangan Tuhan.
Menang dan kalah sama kualitas nya di hadapan Allah. Yang menang di uji dan yang kalah pun di uji. Banyak bersyukur dan banyak bersabar. *
Discussion about this post