Luwuk Times, Jakarta— Gerakan genosida atau pembunuhan massal yang dipertontonkan tentara pasukan Pendudukan Israel makin menjadi-jadi.
Hukum humaniter internasional diabaikan. Tak hanya menyerang pejuang Palestina, tapi anak-anak, perempuan dan para orang tua ikut dibantai.
Bukan hanya menghancurkan rumah-rumah penduduk, perilaku biadab juga dipertontonkan Israel dengan menargetkan serbuan ke lembaga-lembaga kesehatan.
Kementerian Kesehatan di Gaza malaporkan kondisi kekinian pada Selasa (31/10/2023).
Juru bicara Kementerian Kesehatan di Gaza, dr. Ashraf Al-Qudrah melaporkan, Pendudukan Israel dengan sengaja menarget lembaga-lembaga kesehatan.
Akibatnya, 15 rumah sakit berhenti beroperasi, dan 32 UGD akibat serangan atau pasokan bahan bakar diputus.
Pendudukan Israel melakukan kejahatan pembantaian dalam 24 jam terakhir.
Delapan belas pembantaian yang menelan korban 216 syahid, mayoritas pengungsi ke Selatan Jalur Gaza yang diklaim Pendudukan Israel sebagai tempat aman.
Jumlah pembantaian yang dengan sengaja dilakukan oleh Penduduka Israel terhadap keluarga di Jalur Gaza sebanyak 926 keluarga.
Warga sipil terbunuh akibat agresi Israel bertambah menjadi 8.525 syahid. Sebanyak 3.542 di antaranya adalah anak-anak, 2.187 perempuan, dan 21.543 mengalami luka-luka.
Kementerian Kesehatan di Gaza menerima laporan orang hilang sebanyak 2.000 di bawah puing-puing reruntuhan, di antaranya 1.100 anak-anak.
Kejahatan Israel terhadap sistem kesehatan menyebabkan 130 paramedis syahid, dan 25 mobil ambulance berenti beroperasi.
Pendudukan Israel masih terus mengancam rumah sakit Persahabatan Turki dan belum ada tindakan untuk mencegahnya.
Hal tersebut menjadi lampu hijau untuk Israel melakukan serangan, dan terbukti Israel sudah menghancurkan bagian rumah sakit akibat serangan pagi hari Selasa, 31 Oktober 2023.
Kementerian Kesehatan di Gaza meminta Presiden Turki, Recep Thayyib Erdogan agar menyelamatkan simbol kemanusiaan Turki di Gaza.
Pendudukan Israel terus mengulang menarget komplek Rumah Sakit Al-Quds dan Rumah Sakit Indonesia yang membahayakan kehidupan pasien yang terluka dan tim medis serta pengungsi.
“Kami meminta lembaga-lembaga kemanusiaan untuk mengaktifkan Undang-Undang Humaniter Internasional dan Perjanjian Jenewa Nomor 4 untuk melindungi sistem kesehatan dari bahaya dan sasaran-serangan,” demikian desakan Juru Bicara Kementerian Kesehatan di Gaza, dr. Ashraf Al-Qudrah.
Kementerian Kesehatan di Gaza mulai menghitung mundur berhentinya generator utama di Rumah Sakit Al-Shifa dan Rumah Sakit Indonesia dengan berakhirnya pada Rabu, hari ini.
“Kami minta semua pihak untuk segara melakukan intervensi menyelamatkan sistem kesehatan dengan bantuan bahan bakar, obat-obatan dan fasilitas kesehatan agar memungkinkan kembali berfungsi menyelamatkan ribuan orang terluka dan pasien,” katanya.
“Kami minta saudara kami di Mesir agar membuka perbatasan darat Rafah sebagaimana biasa dan memasukkan bantuan kesehatan, bahan bakar, dan tim medis dan transfer pasien luka dan sakit dengan cepat. Sebanyak 400 syahid dan terluka dalam pembantaian Israel yang brutal terhadap warga sipil di Kamp Jabalia Utara Gaza,” ungkap dr. Ashraf Al-Qudrah. *
Discussion about this post