Pastikan dia mengerjakan shalat dan puasa. Pastikan dia tidak mengkomsumsi miras dan narkoba. Pastikan dia tidak terjebak dalam pergaulan bebas. Ingatlah pesan baginda Easulullah
Dalam hadits yang diriwayatkan oleh AT Tabrani dari Ali Bin Abi Thalib RA, “Didiklah anak-anak mu atas tiga hal. Mencintai Nabimu. Mencintai Ahli Baitnya dan membaca Alquran. Sebab orang yang mengamalkan Alquran nanti akan mendapatkan naungan Allah pada hari ketika tiada naungan kecuali dari-nya bersama para nabi dan orang-orang yang suci.”
Sebuah Kisah
Wahai para anak-anak sholeh dan sholehah. Renungkanlah kisah berikut ini, lalu ambil pelajaran dari padanya.
Dikisahkan dalam kitab birrul walidain bahwa suatu ketika Nabi Musa AS bertanya kepada Allah. Ya Allah siapakah yang akan menjadi tetanga saya kelak didalam syurga? Maka Allah menjawab, seorang pemuda yang tinggal di kampung sana.
Nabi Musa pun bergegas mencari si pemuda itu. Setelah bertemu, Nabi Musa pun mulai memantau aktivitas anak muda tersebut.
Suatu ketika nabi Musa melihat anak muda tersebut keluar dari kamarnya dengan menggendong seekor babi betina yang cukup besar. Ia kemudian memandingkan babi itu dengan penuh belai kasih.
Dikeringkan badannya. Disisir bulunya. Dikasi wangi wanigan. Dipeluk dan diciumi dan dimasukkan kembali ke kamar.
Dan ketika anak muda itu keluar kedua kalinya, kembali dia membawa seekor babi hitam yang lebih besar lagi. Pemuda itupun memperlakukan babi yang kedua itu sama mulianya dengan babi yang pertama
Melihat aksi aneh dan menjijikan tersebut, kemudian nabi Musa bertanya keheranan. “Wahai saudaraku, mengapa kau memelihara dan memperlakukan babi sedemikian mulianya?”
Sambil meneteskan air mata sang pemuda tersebut menjawab: Wahai tuan sebenarnya apa yang tuan lihat itu bukanlah babi. Melainkan dia adalah orang tua saya. Dia adalah ibu bapak saya. Beliau berdua telah dikutuk oleh Allah lantaran maksiat dan dosa yang beliau lakukan. Kasian orang tua saya tuan siang dan malam saya berdoa berlinangan air mata bermunajah kehadirat Allah kiranya Allah mau mengampuni dosa ibu bapak saya dan mau mengembalikan wujudnya seperti semula. Bertahun tahun saya berdoa wahai tuan, tapi Allah belum juga mengabulkan permohonan saya.
Subhanallah, sungguh luar biasa pemuda tersebut, nah pertanyaannya kemudian, bagaimanakah dengan kita saat ini? Bagaimanakah dengan anak-anak kita zaman sekarang?
Sudahkah kita perlakukan ibu bapak kita dengan sebaik-baiknya? Sudahkah kita merawat mereka dengan penuh ikhlas? Sudahkah kita menyediakan tempat tinggal yang layak untuknya? Sudahkah kita memberikan makanan minuman dan pakaian yang terbaik untuknya? Sudahkan kita mengajak mereka ketempat refresing sebagaimana kita sering mengajak teman-teman kita?
Sudahkah kita sekali-kali mengajak mereka merasakan indahnya bermalam di hotel ? Sudahkah kita penuhi keinginannya untuk berangkat ke baitullah? Dan masih banyak lagi pertanyaan demi pertanyaan lainnya yang harus kita jawab dengan segera.
Kalau jawabannya “belum”. Lalu kapan waktunya? Kapan dan kapan saatnya? Ataukah kita sengaja menunda-nunda sampai orang tua kita lemah tak berdaya, tidak bisa berkata, tidak bisa melihat, dan mendengar, tidak bisa makan dan minum serta berjalan karena lumpuh tak berdaya di kursi roda dan di tempat tidurnya? Nauzubillah
Ataukah justru sebaliknya, bukan kebaktian yang kita pertontonkan, tapi justru kedurhakaan? Kita sering membentak mereka. Kita sering marah dan jengkel kepadanya. Kita sering tidak menegurnya. Kita sering membuatnya sedih dan menangis. Kita sering membiarkan dan meninggalkan dia seorang diri. Kita tidak urus makannya, minumnya, pakaiannya, serta kesehatannya. Kita tidak perhatikan tempat tidurnya. Kita tidak penuhi keinginannya. Kita tidak perdulikan nasehat-nasehatnya. Nauzubillah.
Ketahuilah bahwa seburuk apapun keadaan orang tua kita, darah dan dagingnya melekat di tubuh kita. Karenanya walau seisi dunia ini kita berikan kepadanya, maka belum sebanding dengan penderitaan, jasa dan pengorbanannya kepada kita lebih-lebih saat melahirkan kita.
Wahai saudara saudarku, sebelum orang tua kita terbungkus dengan kain kafan, yang akibatnya tidak ada lagi wajah yang bisa ditatap, tidak ada lagi tangan yang dapat dicium, tidak ada lagi suara yang didengar, maka bersegeralah sebelum semuanya terlambat.
Datanglah kepadanya. Bersimpuhlah di kakinya. Cium tangan mereka yang sudah keriput karena membesarkan kita. Basahi tangan yang pernah menimang kita dengan air mata penyesalan. Mintalah maaf atas segala salah dan khilap.
Saudarak-saudaraku, dan andaikan orang tua kita sudah berpulang ke Rahmatullah, ziarahi kuburnya dengan segera mohonkan ampun kepadanya. Semoga selamat di alam penantian.
Berdoa
Sebelum saya akhiri khutbah ini, marilah kita sama-sama berdoa kepada allah, semoga Allah SWT mengabulkan permohonan kita.
Ya Allah ya rohman ya rohim, jadikanlah pertemuan kami kali ini menjadi pertemuan yang engkau ridhoi dan engkau berkahi. Pertemuan yang dapat menghapus dosa dan kesalahan kami. Karena kami sadar ya Allah, tidak ada waktu yang paling tepat untuk menggapai ampunan Mu kecuali pada saat ini ya Allah.
Ya Allah yang maha penerima tobat, kami datang membawa beban dosa yang tak terhingga banyaknya. Kami tidak sanggup menghitungnya satu persatunya ya Allah. Oleh karenanya ampunilah sekecil apapun dosa kami ya Alloh. Dosa yang kami ketahui maupun tidak kami ketahui. Dosa yang kami sadari maupun tidak kami sadari. Dosa yang nampak maupun tersembunyi. Dosa kecil apalagi dosa besar ya Allah. Kalau bukan karena ampunan Mu saat ini tentulah kami termasuk hamba Mu yang paling merugi.
Allah humma ya Allah, kami sadar ya Allah sungguh besar dosa kami kepada orang tua kami selama ini. Bukan kebaktian yang kami lakukan, tapi justru kedurhakaan. Oleh karenanya ampunilah sekecil apapun kesalahan kami kepada ibu bapak kami ya Allah. Kami benar-benar menyesal ya Allah, kami benar-benar taubat ya Allah.
Wahai ibuku yang tersayang, maukah engkau menerima dan memaafkan kesalahan anakmu ini? Wahai ayah maukah engkau menerima dan memaafkan kesalahan anakmu yang hina ini?
Maafkan kami. Maafkan kekhilapan kami. Kalau bukan karena maaf darimu. Kalau bukan karena ridhomu, tentulah kami termasuk anak yang durhaka yang tidak akan selamat dunia akhirat.
Robbigfirli waliwa lidayya warhamhuma kama robbaya ni shogiro , ya Allah ampunilah dosa kami, dosa kedua orang tua kami, kasihanilah mereka berdua sebagaimana mereka berdua mengasihaniku waktu kecilku. Berilah umur panjang dan kesehatan lahir batin kepadanya. Selamatkan dia dari azab kubur Mu ya Allah 3x, Jadikan kuburnya menjadi taman-taman syurga ya Allah.
Allohumma ya Allah, ampunilah saudara-saudara kami kaum muslimin muslimat dimanapun mereka berada. Di Gaza Palestina yang diselimuti duka nestapa. Di Irak, di Syiria, di Afganistan, para pengunsi Rohingnya dan dimana saja mereka berada.
Lindungilah mereka serta terimalah mereka disisimu sebagai syuhada nan suci. Hancurkan musuh-musuhmu ya Allah yang telah banyak berbuat kezaliman.
Allahumma ya Allah terimalah amal ibadah kami. Izinkanlah kami berjumpa dengan bulan suci Ramadhan tahun yang akan datang. Robbana atina fiddunya hasanah wafil akhiroti hasanah waqina aza bannar.
Akhirnya marilah kita jadikan hikmah hari raya Idul Fitri ini sebagai titik awal dalam menebus dan mengejar segala ketertinggalan. Pertahankan kesucian yang kita sudah raih bersama. Jadikan taqwa sebagai bekal mengawal 11 bulan yang akan datang.
Dan sambil mengulurkan tangan kita saling memaafkan, hapus rasa dendam dan hasud dalam dada. Hilangkan perbedaan dan pertajam persamaan, kita bangun Kabupaten Banggai menjadi lebih baik dan lebih maju, menuju masyarakat yang aman, damai, adil dan sejahtera di bawah naungan keridhaan Allah SWT. Amin ya Rabbal Alamin. *
(Penulis adalah Ketua Yayasan Safinatun Najah Banggai)
Discussion about this post