Ini cukup sederhana saja, Bupati Banggai ingin memastikan dirinya berhasil menciptakan sistem kerja baru dengan formula yang ia miliki.
Perombakan di KONI Banggai pun dilakukan, tetapi jauh sebelum itu, kita dapat melihat bagaimana sesungguhnya Kota Luwuk Banggai ini mampu mengadopsi konsep Sport Industry (Industri Olahraga) serta mempopulerkan bahwa olahraga itu menyenangkan, atau kita sebut dengan sportainment (hiburan olahraga).
Sehingga, olahraga dapat dinikmati oleh siapa saja dan berbagai kalangan, tidak perlu kita dapat memainkannya, cukup datang dan menikmati suasana riuh kompetisi sudah menjadi bagian dari Kota Luwuk Banggai.
Cita-cita besar ini bukan tiba-tiba datang, melainkan sudah tertuliskan di dalam visi misi beliau hingga turun menjadi program teknis di dinas masing-masing. Kepemudaan dan Olahraga merupakan mimpi besar beliau untuk bisa menularkan energi positif baru serta harapan baru bagi pemuda-pemudi Kabupaten Banggai yang memiliki minat dan bakat di bidang olahraga.
Selain itu, memberikan ruang gerak lebih bagi para pengusaha untuk menggali potensi bisnis baru yaitu di bidang keolahragaan. Tanpa kita sadari bahwa beliau tidak meninggalkan ilmu bisnis yang ia miliki, dari sisi olahraga, bukannya mengikuti pasar malah menciptakan pasar baru.
Singkatnya, membuka pintu-pintu bisnis bagi cabor dan para pengusaha bagi yang pandai melihat kesempatan ini. Ingat, ternyata olahraga bukan sebatas olah jiwa, namun bisa juga olah-cuannya, tajamnya mata pemimpin melihat ini sebagai peluang penambah bensin motor penggerak ekonomi di daerah.
Bicara ekonomi memang terdengar rumit, mari sedikit kita ulas sisi ekonomi yang tercipta karena gebrakan ini. Dampak covid-19 tak dapat dipungkiri, salah satunya ekonomi yang merosot atau keuangan yang lesu, ini menjadi tantangan bersama yang datang tiba-tiba.
Melihat itu, ide brilian Bupati muncul untuk mengambil alih Porprov, ternyata matematika bisnis-nya berhasil, hitungannya 12 kabupaten dan 1 kota yang diundang, berhasil mendatangkan 4.437 kontingen olahraga untuk menetap di Kota Luwuk Banggai sekitar sepekan dalam memperebutkan medali.
Ternyata hitungan ini masuk, sehingga kurang lebih dibutuhkan asupan gizi standar untuk para atlet tiga kali sehari, kalikan saja dengan jumlah kontingen, sekiranya itu jumlah paket makan yang dibutuhkan.
Tunggu dulu, jangan lupa berandai-andai harga per porsi makanan berapa. Nah, itulah perputaran ekonomi yang tercipta hanya dari asupan gizi para kontingen saja, seluruh UMKM di Kabupaten Banggai sorak-sorai bak kejatuhan uang segepok.
Terbukti, permintaan bahan makanan meningkat, hingga survei BPS menyatakan inflasi yang terjadi karena bahan pokok dan makanan siap saji. Jelas, ini positif bagi ekonomi, mungkin sekadar data terlihat kurang baik, padahal dampak positifnya luar biasa sekali.
Para pedagang kaki lima yang hariannya hanya berhasil menjual kira-kira 50 porsi saja, karena Porprov bisa tembus ratusan porsi. Inilah salah satu contoh pertimbangan ekonomi yang dimiliki Bupati dan alasannya untuk keukeh menjadi tuan rumah Porprov 2022.
Sampai di sini sudah paham kurang visioner apa Bupati Banggai, bahkan pedagang kaki lima ikut menjadi bagian yang perlu dipertimbangkan dalam kebijakan pemerintah, bahkan pengusaha katering pun kebanjiran orderan dari tim-tim kontingen lainnya.
Beberapa efek samping positif lainnya begitu besar dampaknya, seperti hotel yang selalu penuh selama Porprov berlangsung. Namun, dampak ini terkadang jarang terlihat karena memang dalam bentuk mikro dan belum terukur. Ternyata bukan cuma insan olahraga yang dapat untungnya, hingga pedagang kecil pun dapat cuannya. *
Penulis adalah Staf Khusus Bupati Banggai
Discussion about this post