IKLAN

Opini

Memahami ‘Sikap Menuntut Kesempurnaan’

524
×

Memahami ‘Sikap Menuntut Kesempurnaan’

Sebarkan artikel ini

(“Kesempurnaan tidak mungkin tercapai. Tetapi jika kita menuntut kesempurnaan, kita bisa mencapai yang terbaik”)- Vince Lombardi

Oleh: Ferdy Moidady

SIKAP Menuntut Kesempurnaan adalah ‘pola perilaku menginginkan dengan kuat kesempurnaan sesuatu hal’, termasuk kinerja, penampilan, prestasi, dan perilaku. Baik terhadap diri sendiri maupun orang lain, sikap ini dapat berefek rumit dan beragam. Di satu sisi, dapat jadi motivasi sukses dan meningkatkan kualitas hasil kerja. Namun, bisa menimbulkan tekanan (stres) dan ketidakpuasan yang berlebihan.

Sikap ini, bisa hadir di beberapa tempat. Misalnya, di keluarga, di tempat kerja atau tempat pendidikan. Tentu juga bisa ada, di lingkungan kepemerintahan atau  di lapangan perpolitikan. Efeknya bisa positif atau sebaliknya. Bisa produktif, bisa kontra-produktif. Serta bisa konstruktif dan destruktif.

Tulisan ini, mencoba untuk memahami (dengan sederhana), sejauh mana kepositifan dan kenegatifan dari ‘sikap menuntut kesempurnaan.’

Mari, kita lihat sikap menuntut kesempurnaan terhadap ‘diri sendiri’. Salah satu kelebihan dari sikap ini adalah motivasi untuk meraih kesuksesan. Individu yang menuntut kesempurnaan cenderung memiliki ambisi dan dedikasi yang kuat untuk mencapai target yang tinggi. Mereka berusaha secara aktif untuk mencapai standar yang lebih tinggi dan mencerminkan kualitas diri yang menginspirasi. Selain itu, sikap menuntut kesempurnaan juga mendorong kemauan untuk belajar dan berkembang. Orang-orang dengan sikap ini selalu mencari kesempatan untuk meningkatkan keterampilan dan pengetahuan mereka, karena mereka berusaha untuk selalu menjadi yang terbaik dari diri mereka sendiri.

Namun, ada beberapa kekurangan yang terkait dengan sikap menuntut kesempurnaan terhadap diri sendiri. Salah satunya adalah stres dan tekanan yang berlebihan. Ketika seseorang selalu menetapkan standar yang tinggi, ada rasa takut gagal atau merasa tidak mampu mencapai standar tersebut. Hal ini dapat menyebabkan tingkat stres yang tinggi dan menghambat kinerja secara keseluruhan. Selain itu, dapat menyebabkan prokrastinasi. Beberapa orang mungkin cenderung menunda tugas atau pekerjaan karena takut tidak dapat menyelesaikannya dengan sempurna, sehingga menghambat pekerjaan.

Baca:  Problem Keuangan Negara Kini dan Mendatang

Selain itu, sikap menuntut kesempurnaan terhadap diri sendiri juga dapat menciptakan rasa tidak puas yang berkelanjutan. Meskipun telah mencapai hasil yang luar biasa, individu dengan sikap ini cenderung merasa tidak puas dengan diri mereka sendiri. Selalu mengejar kesempurnaan absolut dapat menghambat apresiasi terhadap pencapaian dan kemajuan yang telah dicapai, sehingga mengurangi kebahagiaan dan kepuasan pribadi.

Selanjutnya, mari kita tinjau sikap menuntut kesempurnaan terhadap orang lain. Salah satu kelebihan dari sikap ini adalah kemampuannya untuk menginspirasi pertumbuhan dan perbaikan. Ketika seseorang menuntut kesempurnaan dari orang lain, hal ini bisa menjadi dorongan bagi mereka untuk terus berkembang dan berusaha menjadi lebih baik. Ekspektasi yang diberikan dapat memberikan panduan dan motivasi bagi individu untuk meningkatkan kualitas kinerja mereka. Selain itu, sikap menuntut kesempurnaan juga dapat meningkatkan kualitas produk atau layanan. Dengan menetapkan standar tinggi, kita bisa memastikan bahwa produk atau layanan yang dihasilkan mencapai kualitas terbaik yang dapat diberikan.

error: Content is protected !!