Oleh: Munawir Kamaluddin
PEMILU adalah momen krusial dalam demokrasi termasuk dalam Pilgub dan Pilkada yang baru saja kita lewati, di mana rakyat diberikan hak untuk menentukan arah masa depan melalui pemilihan pemimpin. Proses ini seharusnya menjadi ajang kontestasi gagasan, visi, dan misi terbaik demi kemaslahatan rakyat.
Namun, realitas di lapangan sering kali menunjukkan dinamika yang jauh dari ideal. Politik uang, intimidasi, penyebaran kebencian, serta berbagai kecurangan lainnya masih menjadi tantangan besar dalam menjaga integritas pemilu.
Dalam pandangan Islam, memilih pemimpin bukan hanya tentang suara mayoritas, tetapi tentang memilih individu yang memiliki amanah, integritas, dan niat tulus untuk melayani masyarakat. Allah SWT berfirman:
وَعِندَهُۥ مَفَاتِحُ ٱلۡغَيۡبِ لَا يَعۡلَمُهَآ إِلَّا هُوَۚ
“Dan di sisi-Nya lah kunci-kunci semua yang gaib, tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia.” (QS. Al-An’am: 59).
Ayat ini mengingatkan bahwa hasil akhir dari setiap usaha manusia, termasuk pemilu, adalah bagian dari ketetapan Allah yang Maha Kuasa.
Oleh karena itu, kemenangan sejati dalam pemilu tidak hanya ditentukan oleh perolehan suara terbanyak, tetapi juga oleh kematangan emosional, kedewasaan politik, dan ketulusan niat.
Pemenang sejati adalah mereka yang menjaga integritas, mematuhi aturan, dan tidak terjerumus dalam praktik kecurangan, seperti politik uang atau intimidasi. Rasulullah SAW. bersabda:
مَن غَشَّنَا فَلَيْسَ مِنَّا
“Barang siapa yang menipu kami, maka ia bukan termasuk golongan kami.” (HR. Muslim).
Tulisan ini akan membahas secara mendalam konsep pemenang sejati dalam pemilu, dinamika tantangan yang dihadapi, dan bagaimana nilai-nilai Islam dapat menjadi solusi untuk meminimalkan kecurangan serta membangun sistem demokrasi yang lebih bermartabat.
Dengan pendekatan analitis holistik, artikel ini bertujuan untuk memberikan wawasan komprehensif tentang pentingnya integritas dalam pemilu sebagai salah satu langkah besar menuju kemajuan bangsa.
Pemenang Sejati dalam Pemilu:
(Perspektif Etika Islami dan Solusi Strategis Mengatasi Kecurangan)
1. Konsep Kemenangan dalam Islam
Dalam Islam, kemenangan tidak hanya diukur dari hasil yang terlihat secara kasat mata, seperti perolehan suara terbanyak. Kemenangan sejati adalah pengakuan terhadap takdir Allah yang termaktub di Lauh Mahfuzh. Allah SWT. berfirman:
مَا أَصَابَ مِن مُّصِيبَةٍ فِي ٱلۡأَرۡضِ وَلَا فِيٓ أَنفُسِكُمۡ إِلَّا فِي كِتَٰبٖ مِّن قَبۡلِ أَن نَّبۡرَأَهَآۚ إِنَّ ذَٰلِكَ عَلَى ٱللَّهِ يَسِيرٞ
“Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa di bumi dan tidak pula pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam Kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sungguh, yang demikian itu mudah bagi Allah.” (QS. Al-Hadid: 22).
Oleh karena itu, penerimaan atas hasil pemilu, baik menang maupun kalah, merupakan bagian dari iman kepada takdir Allah. Rasulullah SAW. bersabda:
مَنْ رَضِيَ فَلَهُ الرِّضَا، وَمَنْ سَخِطَ فَلَهُ السُّخْطُ
“Barang siapa ridha terhadap ketetapan Allah, maka baginya keridhaan. Dan barang siapa yang murka, maka baginya kemurkaan.” (HR. At-Tirmidzi).
2. Menolak Praktik Politik Tidak Bermoral
Politik uang, intimidasi, teror, dan manipulasi suara merupakan tindakan yang mencederai prinsip keadilan dan bertentangan dengan ajaran Islam. Allah SWT. melarang tindakan yang mengkhianati amanah dan kepercayaan:
إِنَّ ٱللَّهَ يَأۡمُرُكُمۡ أَن تُؤَدُّواْ ٱلۡأَمَٰنَٰتِ إِلَىٰٓ أَهۡلِهَا وَإِذَا حَكَمۡتُم بَيۡنَ ٱلنَّاسِ أَن تَحۡكُمُواْ بِٱلۡعَدۡلِۚ إِنَّ ٱللَّهَ نِعِمَّا يَعِظُكُم بِهِۦٓۗ إِنَّ ٱللَّهَ كَانَ سَمِيعَۢا بَصِيرٗا
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan apabila kamu menetapkan hukum di antara manusia, hendaklah kamu menetapkannya dengan adil.” (QS. An-Nisa: 58).
Rasulullah SAW. juga memperingatkan keras tentang praktik suap dan hadiah yang bertujuan untuk memengaruhi keadilan:
لَعْنَةُ اللَّهِ عَلَى الرَّاشِي وَالْمُرْتَشِي
“Allah melaknat penyuap dan penerima suap.” (HR. Abu Dawud).
3. Filosofi Kemenangan Sejati: Niat Pengabdian
Kemenangan sejati adalah kemenangan yang dimulai dengan niat untuk mengabdi kepada masyarakat dan menjunjung tinggi nilai-nilai moral. Rasulullah SAW. bersabda:
إِنَّمَا ٱلۡأَعۡمَالُ بِٱلنِّيَّاتِ
“Sesungguhnya amal itu tergantung pada niatnya.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Niat ini mendorong seorang kontestan untuk menjalankan proses pemilu secara jujur, konstitusional, dan sesuai dengan aturan.
Discussion about this post