Militer telah merilis foto dan rekaman video yang menunjukkan bahwa Hamas membangun terowongan dan peluncur roket di daerah permukiman, dan sering beroperasi di dalam dan di sekitar rumah, sekolah, dan masjid.
Puing Gaza
PBB memperkirakan, perang telah mengotori Gaza dengan lebih dari 50 juta ton puing, kira-kira 12 kali ukuran Piramida Agung Giza.
Dengan lebih dari 100 truk yang bekerja penuh waktu, akan butuh waktu lebih dari 15 tahun untuk membersihkan puing-puing. Dan hanya ada sedikit ruang terbuka di wilayah pesisir sempit yang menjadi rumah bagi sekitar 2,3 juta warga Palestina.
Mengangkut puing-puing juga akan menjadi rumit. Karena puing-puing tersebut berisi sejumlah besar persenjataan yang belum meledak dan bahan-bahan berbahaya lainnya, serta sisa-sisa jasad manusia.
Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan ribuan orang yang tewas dalam serangan udara masih terkubur di bawah reruntuhan.
Pembersihan puing-puing dan pembangunan kembali rumah-rumah pada akhirnya akan membutuhkan miliaran dolar dan kemampuan untuk membawa bahan bangunan dan peralatan berat ke wilayah tersebut, keduanya tidak terjamin.
Fase Kedua
Perjanjian gencatan senjata menyerukan proyek rekonstruksi tiga hingga lima tahun untuk memulai fase terakhirnya. Itu setelah semua 100 sandera yang tersisa telah bebas dan pasukan Israel telah menarik diri dari wilayah tersebut.
Namun untuk mencapai titik itu akan membutuhkan kesepakatan pada fase kedua dan yang paling sulit dari kesepakatan tersebut, yang masih harus dinegosiasikan.
Bahkan saat itu, kemampuan untuk membangun kembali akan bergantung pada blokade, yang telah lama dikecam oleh para kritikus sebagai bentuk hukuman kolektif.
Israel mengatakan hal itu perlu untuk mencegah Hamas membangun kembali kemampuan militernya. Dengan mencatat bahwa semen dan pipa logam juga dapat membuat terowongan serta roket.
Israel mungkin lebih cenderung mencabut blokade jika Hamas tidak lagi berkuasa, tetapi tidak ada rencana untuk pemerintahan alternatif.
Amerika Serikat dan sebagian besar masyarakat internasional menginginkan Otoritas Palestina yang direvitalisasi untuk memerintah Tepi Barat dan Gaza dengan dukungan negara-negara Arab sebelum akhirnya terbentuk negara.
Namun, hal itu tidak akan terjadi bagi pemerintah Israel. Mereka menentang negara Palestina dan telah mengesampingkan peran apa pun bagi otoritas yang mendapat dukungan Barat tersebut.
Para donor internasional tidak mungkin berinvestasi di wilayah yang tidak memiliki pemerintahan. Terlebih lagi telah menyaksikan lima perang dalam waktu kurang dari dua dekade. Yang berarti kamp-kamp tenda yang luas di sepanjang pantai dapat menjadi ciri permanen kehidupan di Gaza. *
Sumber CNBC Indonesia
Discussion about this post