Luwuk Times— Pertamina EP Zona 13 Donggi Matindok Field tidak hanya berkontribusi secara langsung pada pendapatan daerah, tetapi juga sektor pertanian.
Sumbangsih itu dalam bentuk produksi pupuk dari gas yang tidak digunakan oleh Pertamina EP Zona 13 Donggi Matindok Field, yang mengintegrasikan peternakan dan pertanian.
Senior Officer Community Relation dan Development Pertamina EP Zona 13 Donggi Matindok Field, Achmad Setiadi menjelaskan, gas yang tidak digunakan dimasukkan dalam tangki yang telah berisi bakteri. Itu dilakukan sebagai proses menjadikan gas sebagai biosulfur.
“Gas yang dari sumur-sumur itu, kita masukkan dalam tangki, dari tangki tadi diurai oleh bakteri sehingga menjadi biosulfur,” jelas Setiadi saat kegiatan Sapa Wartawan, Senin (10/04/2023).
Setelah dikonversi menjadi biosulfur, kata dia, belum bisa langsung digunakan pada tanaman, tetapi harus dicampur lagi dengan kotoran sapi.
“Tapi ini belum bisa jadi pupuk, harus dicampur dengan kotoran sapi dan kencing sapi kemudian difermentasi,” jelasnya.
Karena itu, setelah Idul Fitri Pertamina EP Zona 13 Donggi Matindok Field akan berkoordinasi dan mencari peternak untuk dijadikan mitra dalam memproduksi biofertilizer.
“Setelah Lebaran ini kami mulai berkoordinasi, mencari mitra-mitra peternak, ini ada integrasi peternakan dan pertanian karena kalau tidak ada kotoran sapi tidak bisa,” jelasnya.
Setiadi menjelaskan, saat ini pupuk biofertilizer masih tahap uji coba. Perusahaan juga berkoordinasi dengan Pemkab Banggai tentang terobosan baru ini.
Uji coba pupuk biofertilizer juga turut melibatkan para petani, agar mendapat edukasi terkait tata cara penggunaannya nanti. Sebab, sangat berbeda dengan pupuk seperti urea.
“Masyarakat mesti diedukasi bagaimana komposisinya karena berbeda dengan pupuk lainnya,” tutur Setiadi. * asn
Discussion about this post