Oleh: Dr. Syarif Makmur, M.Si
PEPATAH Arsip, “Harimau mati meninggalkan belang. Gajah Mati meninggalkan Gading. Manusia mati meninggalkan Nama”.
Alquran tentang Arsip, “Dan segala sesuatu yang telah mereka kerjakan tercatat dalam buku-buku catatan (yang ada pada tangan malaikat). Dan segala urusan yang kecil maupun yang besar adalah tertulis”. (Q.S: Qomar, 52-53).
Di awal era reformasi tahun 1997-1998 publik di sajikan dengan pemberitaan di berbagai media yang mengangkat berita popularitas, kecerdasan dan kelebihan dari sosok Susilo Bambang Yudoyono (SBY), lulusan terbaik Akabri 1973 dan penerima Adhi Makayasa dari Presiden Soeharto.
Semua mengakui dan publik pun mengamini bahwa SBY memang terbaik, dan informasi itu dibuktikan dengan fakta-fakta bahwa SBY semasa Taruna di Magelang mengukir prestasi-prestasi gemilang.
Tidak saja di Magelang, dalam penugasan negara pun, SBY selalu menunjukkan yang terbaik. Puncak kehormatannya terukir dimasa reformasi 1997-1998 dimana SBY di percayakan oleh institusi nya sebagai Ketua Fraksi ABRI di DPR/MPR RI dengan berbagai gagasannya tentang Reformasi TNI yang pada akhirnya Presiden Soeharto lengser dari Jabatan nya, setelah berkuasa selama 32 Tahun.
SBY meraih puncak simpati Publik di era Presiden Megawati, dan ia di percayakan sebagai Menko Polhukam.
Kritikan sebagai Jendral anak kecil justru membuat Famor SBY naik dengan sangat signifikan.
Style SBY yang selalu tenang, sejuk dan cerdas dalam mengatur kata-kata menambah simpati Publik hingga menghantarkannya sebagai Presiden RI selama dua periode.
Tidak saja SBY, publik pun kagum, simpati dan geleng kepala setelah Presiden Joko Widodo melantik Moh Tito Karnavian sebagai Kapolri.
Siapa Tito? Seperti halnya SBY terbaik di angkatannya, Tito pun terbaik diangkatannya.
Lulusan Akpol 1987 itu menerima Adhi Makayasa sebagai Lulusan terbaik Akademi Kepolisian yang mencerminkan Kecerdasan Intelektual, Kemampuan fisik yang sempurna, dan kecerdasan mental diatas rata-rata.
Berbeda dengan SBY, Tito selain menunjukkan kecerdasan intelektual, ia dapat mengaplikasikan kecerdasan nya secara berani dalam memberantas kejahatan dan kriminal kelas kakap di Negeri ini.
Prestasi akademik Tito di Lembaga Kepolisian itu diukirnya secara berturut-turut sebagai Lulusan Akpol terbaik, lulusan Sekolah Tinggi Ilmu Kepolisian terbaik dan yang sangat luar biasa, Tito pun meraih lulusan terbaik Lemhanas tahun 2011.
Yang mengherankan dan menakjubkan, karena di Lemhanas itu berkumpul eksekutif senior terbaik dari berbagai kementerian dan lembaga negara serta Pemerintahan Daerah, tetapi lagi-lagi Tito mengungguli mereka.
Penulis tercengang membaca rekam jejak Moh Tito Karnavian dengan prestasi-prestasi yang luar biasa.
Ia satu-satunya Kapolri termudah dari 22 Kapolri yang ada selama ini, dan ia pun melompat secara terhormat dan terpuji melewati senior-senior nya yang angkatan 84, 85 dan 86.
Tito sangat pantas, layak menjadi Kapolri, hal itu diungkapkan seniornya Jendral Badruddin Haiti (Kapolri saat itu) yang ia gantikan.
Prestasi Tito begitu gemilang, setelah menjabat sebagai Kapolda Papua, ia diangkat oleh Presiden Jokowi sebagai Kapolda Metro Jaya.
Publik pun sudah memprediksi, Tito bakal menjadi Kapolri dan hal itu terbukti. Publik mengikuti dengan seksama sederetan prestasi Tito, baik nasional dan internasional.
Penangkapan kelompok teroris jaringan internasional diungkapkannya, setelah menangkap Nurdin M.Top yang dicari-cari Dunia.
Tito pun berhasil mengungkap kelompok teroris Poso dan meminimalisir gerakan teroris Poso yang merisaukan Indonesia dan dunia.
Prestasi nya di Kepolisian penuh tantangan dan ujian berat. Setelah peristiwa bom Sarinah, Tito yang saat itu sebagai Kapolda Metro Jaya mengungkap dan menangkap pelaku bom Sarinah dalam waktu tidak lebih dari 7 Jam, sebuah prestasi gemilang.
Tantangan dan ujian tidak hanya berhenti pada Bom Sarinah, Tito pun menghadapi Pilpres 2019 dan Pilkada 2020 yang skalanya penuh dinamika, baik secara nasional maupun global.
Tantangan pada Pilpres 2019 tidaklah kecil, kondisi Jakarta dan daerah-daerah lainnya cukup sulit, karena 2 bakal calon Presiden, Jokowi dan Prabowo, masing-masing memiliki pendukung yang cukup kuat yang setiap hari bermunculan fenomena yang sangat membahayakan keamanan dan ketertiban negara bila tidak dikelola dengan apik.
Tito tampil dengan kecerdasan dan keberanian yang terhormat dan mampu mengamankan Pilpres yang di prediksi akan berdarah-darah.
Tito memiliki nyali dan leadership dalam situasi-situasi tersulit dan memastikan apa yang diputuskannya adalah terbaik bagi bangsa dan dunia.
Tito tampil tanpa cacat dalam memberantas pelaku-pelaku kriminal yang membahayakan bangsa dan negara.
Sederetan prestasinya di Kepolisian telah mengangkatnya kedalam jabatan dan pangkat tercepat.
Tito tidak saja unggul dalam tindakan, tetapi cara bersikap dan berpikir Tito sangat runtut, sitematis, logis dan ilmiah.
Secara ilmiah, Tito memiliki kemampuan menulis yang luar biasa. Sederetan Buku-buku yang di tulis nya masuk kategori Best Seller, yang hal ini tidak dimiliki oleh perwira tinggi kepolisian lainnya.
Seandainya publik Indonesia memiliki cara berpikir seperti masa-masa reformasi, tidak menutup kemungkinan Tito bisa seperti SBY di era saat ini.
Discussion about this post