IKLAN
Kolom Syarif

Santun dalam Bertutur, Tegas dalam Bertindak

558
×

Santun dalam Bertutur, Tegas dalam Bertindak

Sebarkan artikel ini

(Model Komunikasi Terbaik Hindari Konflik)

Oleh: Dr. Syarif Makmur, M.Si

KONFLIK Indonesia-Malaysia (1963) karena kegagalan komunikasi. Perang Irak- Iran (1979) karena kegagalan komunikasi. Pemberontakan G 30S PKI (1965) salah satu penyebabnya karena kegagalan komunikasi, dan masih banyak contoh-contoh konkrit seperti konflik sosial, gesekan sosial, hingga konflik rumah tangga   penyebabnya kegagalan komunikasi karena kurang santun & kurang tegas.” 

Santun dan tindakan adalah 2 dua konsep yang cukup banyak di bahas dalam Psikologi Modern (Soewardi, 2001: roda berputar dunia bergulir). Kedua dimensi psikologi ini selalu hadir dalam perilaku seseorang bahkan perilaku organisasi.

Kata Bijak Ali Bin Abu Thalib bisa dijadikan referensi atau rujukan berharga terkait kesantunan berkomunikasi. Menurut Anak mantu Rasulullah SAW itu bahwa “Jangan kamu tunjukkan kefasihan dan kepintaran berbicara mu dihadapan ibu mu yang pernah mengajarimu berbicara”.   

Makna mendalam yang dapat kita tangkap dari kalimat bermakna Ali Bin Abi Thalib diatas adalah agar para orator, para politisi, para motivator dan para ahli pidato agar jangan menunjukkan kepada orang lain, kepada sahabatmu, kepada publik lebih-lebih kepada kedua orang tuamu yang pernah mengajari mu berbicara bahwa kamu adalah jagoan dalam berbahasa lisan, jagoan memutar kata-kata, jagoan dalam menggerakkan masa, dan seterusnya.

Baca:  Belajar Banyak dari TNI-Polri

Menyampaikan pesan, maksud pikiran, gagasan, ide dan sebagainya haruslah disampaikan secara santun dengan norma, standar, prosedur dan kriteria kesantunan yang diajarkan oleh orang-orang tua kita dahulu.

Mengapa dahulu Islam bisa masuk Indonesia dan menguasai hampir seluruh kerajaan Hindu di Jawa, ternyata para saudagar yang membawa ISLAM ke Indonesia mengandalkan kompetensi dan kemampuan serta keahlian mereka dalam bertutur kata.

Budaya dan etika Kesantunan dan kesopanan banyak kita temukan dalam filsafat Jawa, sehingga tidak mengherankan bila banyak orang sukses dan berhasil didominasi orang jawa. 

Kita orang Indonesia Timur, memang  banyak kelebihan, tetapi kekurangan kita ada pada kurangnya kesantunan dan kesopanan. Ketika Keikhlasan dan kesabaran kita diuji,  seringkali hati kita bertanya Mengapa? Jangan sampai ruang itu ditambah dengan perkataan andaikan? Karena ruang itu telah memberi celah bagi iblis dan setan bermain di dalamnya dan mengikis habis keyakinan akan ketetapan Allah Swt.

Bila kita merasa letih karena berbuat baik, maka keletihan itu akan segera hilang dan nilai kebaikan akan kekal. Sebaliknya, bila kita bersenang-senang dalam berbuat dosa, maka kesenangan itu akan segera hilang, dan dosa-dosa kita akan menjadi kekal.

Baca:  Epistemologi Memberi Menerima dan Menghargai

Ingatlah semua ini ada waktunya. Jangan selalu membanding-bandingkan hidupmu dengan kehidupan orang lain. Tidak ada perbandingan antara matahari dan bulan, tidak ada perbandingan antara bumi dan bintang.

Semuanya akan bersinar terang pada waktunya.  Tanah selalu diinjak, tetapi ia tak pernah mengeluh, tak pernah membandingkannya dengan matahari dan bulan, tetapi ia akan menjepit dan menyiksa manusia yang ketika hidup di dunia congkak dan sombong seakan-akan ia lebih hebat dan terbaik.

Terkadang jatuh itu perlu, agar kita dapat mengetahui siapa yang mengulurkan tangan dan siapa yang bertepuk tangan.  Jika sudah tidak ada lagi bahu untuk dapat bersandar, maka masih ada lantai dan sajadah untuk  kita daapat bersujud.  Cara paling terbaik untuk mengakui kesalahan dan kelemahan kita adalah dengan bersujud.

Tersenyumlah karena itu cara terbaik dan dahsat dari pada segudang kata-kata untuk menjelaskan sikap dan pikiran kita terhadap sesuatu. Tersenyumlah, karena jangan sampai buruk sehari melupakanmu bersykur atas kebaikan 29 dua puluh sembilan hari.

error: Content is protected !!