“Tapi saya masih optimis, kalau kita masih berkehendak untuk sama-sama memperbaikinya, ya mudah-mudahan bisa. Yang penting kalau salah jangan malu minta maaf, jangan malu untuk memperbaiki kesalahan,” ujar Sofhian Mile.
Kalau perlu, kata Sofhian Mile, bersama-sama dengan figur yang punya track record yang baik dan punya pengalaman yang berdampak positif kepada publik, untuk menguidance.
“Tapi jangan juga kalau orang sudah mau masuk jurang kita biarkan. Kita tarik, kita ingatkan. You keliru. Namun kalau sudah berkali-kali diingatkan itu sudah menjadi tanggungjawab dia sendiri,” katanya.
Beralih ke isu lain, menjawab pertanyaan Bang Sem soal rekrutmen kader di parpol, Sofhian Mile menuturkan bahwa terminologi kader itu adalah orang yang mendapat penugasan, promosikan, dan ada skoring. Itu yang dulu ada di Golkar.
Sofhian mencerikan ketika dulu di Golkar ikut mengupas salah satu UU, yaitu UU Politik. Ada perdebatan panjang tentang sistem yang ada. Sistem terbuka atau tertutup. Terbuka dan tertutup sama-sama memiliki kelebihan dan kekuranganya.
“Undang undang yang berlaku sekarang ini terbuka. Sudah sangat terbuka malah. Parpol menyiapkan kadernya pun secara terbuka. Karena sudah terbuka, maka kecenderungan partai politik sekarang ini tidak hanya mencari kader partai, tapi ada kecenderungan untuk mencari yang popularitasnya tinggi yang akan terpromosikan,” kata Sofhian Mile.
POPULARITAS
Melihat kecenderungan parpol yang mementingkan popularitas, maka pemilik modal berlomba-lomba menjadi populer dalam waktu singkat. Dengan modalnya bisa menjadi populer. Sistem akhirnya menjadi politik oligarki dan kekuasaan oligarki.
“Orang yang memiliki modal dia bisa merenggut kekuasaan. Di hati rakyat mungkin tidak bisa dia rebut, tapi kekuasaan bisa dia rebut, baik di legislatif maupun di eksekutif,” katanya.
Menurutnya, rekrutmen kadar yang hanya berdasarkan popularitas itu sudah menjadi fenomena bukan hanya di parlemen tetapi juga di eksekutif. Di saat masuk di parlemen, mereka terlihat demam panggung. Tidak tahu apa yang harus dilakukan.
Ketika tidak tahu apa yang harus dilakukan maka sesungguhnya upaya penyelesaian masalah negara dan bangsa ini justru tidak terlihat. Padahal ada ancaman terhadap eksistensi bangsa dan kedaulatan rakyat.
“Kalau masalah bangsa ini tidak ditangani dengan baik oleh figur-figur yang proses rekruitmennya tidak benar, kita tidak bisa banyak berharap,” kata Sofhian Mile.
Baca juga: Perumda Banggai Maksimalkan Jaringan Air ke Pelanggan
Dia berharap siapapun yang masuk dalam kekuasaan, baik legislatif maupun eksekutif, hendaknya punya wawasan dan kemampuan komunikasi politk yang baik. Jangan sampai tiap minggu bicara tiap minggu ribut, tiap minggu gaduh.
“Kasian negeri ini, Bang Sem. Tiap bicara gaduh. Kita tinggal tunggu kapan dia bicara gaduh lagi. Jangan seperti itulah,” kata Sofhian Mile.
Pemerintah pun jangan menimbulkan kegaduhan dan kekacauan dari statemen-statemen dari bagian pemerintahan. Jangan sampai konsentrasi pemerintah hanya sibuk mengklarifkasi situasi yang bersumber dari statemen dia sendiri.
Discussion about this post