JAKARTA, Luwuktimes.id— Indonesia menjadi negara yang kaya akan sumber daya alam (SDA). Salah satunya adalah bijih nikel.
Menurut data dari Kementerian ESDM (September 2019), Indonesia merupakan negara dengan cadangan bijih nikel terbesar di dunia. Sekitar 32,7 % cadangan nikel dunia ada di tanah air.
Setelah Indonesia, ada Australia. Negara Kangguru ini memiliki 21,5 % cadangan nikel dunia. Brazil menyusul dengan cadangan bijih nikel 12,4%. Kemudian Rusia, Kuba, Filipina, dan Afrika Selatan.
Demi menjaga ketahanan cadangan mineral ini, pemerintah mengeluarkan kebijakan larangan ekspor bijih nikel dengan kadar 1,7%.
Kebijakan ini mulai diberlakukan per Januari 2019 lalu.
Info Grafis:
Sumber Kementerian ESDM juga merilis, perusahaan tambang di Indonesia saat ini baru memiliki 27 smelter (pengolahan hasil tambang) existing hingga akhir 2018.
Dari jumlah tersebut, sebanyak 17 smelter merupakan pengolahan hasil tambang nikel dan 4 smelter besi.
Sisanya merupakan smelter tembaga, bauksit dan mangan masing-masing 2 smelter.
Sementara smelter yang masih dalam perencanaan berjumlah 30 seperti terlihat pada grafik di bawah ini.
Pada tahun 2009, pemerintah mewajibkan membangun smelter yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor 4/2009 tentang Mineral dan Batubara atau Minerba.
Dalam peraturan tersebut pemerintah melarang ekspor bahan tambang mentah mulai Januari 2014.
Larangan tersebut untuk meningkatkan nilai tambah ekspor barang tambang sehingga dapat menopang cadangan devisa negara.
Namun pada 2015 pemerintah menerbitkan aturan relaksasi pembangunan smelter sehingga sampai saat ini perusahaan tambang yang telah memiliki pengolahan hasil tambang masih minim.
Info Grafis:
TARGET SMELTER
Kementerian ESDM juga menargetkan membangun 30 smelter nikel hingga 2024.
Rinciannya, telah terdapat 13 smelter nikel yang sudah dibangun dan 17 smelter nikel masih dalam rencana.
Total investasi dari pembangunan smelter nikel ini mencapai US$ 8 miliar.
Hingga semester I 2020, telah terealisasikan US$ 6,3 miliar investasi smelter nikel.
Tidak hanya nikel, terdapat total target 53 total tambang smelter akan dibangun hingga 2024.
Rinciannya, 19 telah direalisasikan dan 34 baru tahap rencana.
Berdasarkan perusahaan, target hingga 2024 ini terdiri dari 11 smelter Bauksit, 4 Besi, 4 Tembaga, 2 Mangan, serta 2 Timbal dan Seng (Baca: 19 Smelter Perusahaan Tambang Terbangun hingga 2020)
Info Grafis:
Kucuran investasi pembangunan Smelter di Indonesia, per September 2016 diperkirakan sudah mencapai US$ 5 miliar.
Investasi smelter terbesar adalah PT FeNi Haltim (ANTAM) mencapai US$ 1,7 miliar.
Jumlah ini merupakan hasil akumulasi 22 perusahaan yang sudah berkomitmen membangun smelter sejak 2009 lalu.
Pada 2016 ini Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman melaporkan akan ada enam perusahaan yang dijadwalkan selesai pembangunannya.
Enam perusahaan tersebut yakni Indonesia Guang Ching Nikel and Stainless Steel, Titan Mineral, Heng Tai Yuan, Virtu Dragon, PT Megah Surya Pertiwi, dan PT Karyatama Konawe Utara. *
(Sumber: Kementerian ESDM)
Discussion about this post