Luwuk Times
Rabu, Mei 21, 2025
  • Login
  • Beranda
  • Banggai
    • Religi
    • Kesehatan
    • Ekonomi
  • DKISP
    • Prokopim
    • Nasional
    • Internasional
  • Kriminal
    • Parpol
    • Pemilu 2024
    • Pilkada 2024
  • DPRD Banggai
    • Pilkada
    • Pemilu
  • Sulteng
    • Kecamatan
    • Tojo Unauna
  • Luwuk
    • Tekno
    • Kampus
    • Pendidikan
  • Info JOB Tomori
    • Info Mining KFM
    • Info Disdikbud
    • Info Bapenda
    • Info Dispora
    • Info Unismuh
    • Info PUPR
  • Opini
    • Kolom Muhadam
    • Tips
    • Kolom Cudy
    • Foto Bicara
    • ATR/BPN Banggai
  • Semua
    • Olahraga
    • Porkab 2025
    • Info BPBD
    • Info Dinsos
    • Info Disnakeswan
    • Info TPHP
    • Info Damkar
    • Kolom Syarif
    • Bangkep
    • Balut
    • Sosok
    • Ramadhan Berkah
    • Video
  • Beranda
  • Banggai
    • Religi
    • Kesehatan
    • Ekonomi
  • DKISP
    • Prokopim
    • Nasional
    • Internasional
  • Kriminal
    • Parpol
    • Pemilu 2024
    • Pilkada 2024
  • DPRD Banggai
    • Pilkada
    • Pemilu
  • Sulteng
    • Kecamatan
    • Tojo Unauna
  • Luwuk
    • Tekno
    • Kampus
    • Pendidikan
  • Info JOB Tomori
    • Info Mining KFM
    • Info Disdikbud
    • Info Bapenda
    • Info Dispora
    • Info Unismuh
    • Info PUPR
  • Opini
    • Kolom Muhadam
    • Tips
    • Kolom Cudy
    • Foto Bicara
    • ATR/BPN Banggai
  • Semua
    • Olahraga
    • Porkab 2025
    • Info BPBD
    • Info Dinsos
    • Info Disnakeswan
    • Info TPHP
    • Info Damkar
    • Kolom Syarif
    • Bangkep
    • Balut
    • Sosok
    • Ramadhan Berkah
    • Video
No Result
View All Result
Morning News
  • Beranda
  • Pilkada2024'
  • Kesehatan
  • Ekonomi
  • Daerah
  • Kecamatan
No Result
View All Result
Home Kolom Muhadam

Merawat Demokrasi Kita

Redaksi by Redaksi
13 Juni 2021
in Kolom Muhadam
0
Merawat Demokrasi Kita

Oleh : Muhadam Labolo

IMAJI kelompok tertentu merekonstruksi kembalinya mumi negara khilafah sama dan sebangun dengan apa yang diimpikan kaum sosialis, ultra- nasionalis dan kelompok religi demi tegaknya tatanan baru yang lebih ideal. Sejenak tak ada yang keliru di tengah konsensus mayoritas kita menerima dengan lapang dada apa yang menjadi realitas hari ini, yaitu negara bangsa (nation-state) hasil konsensus founding fathers, yang berdiri di atas tonggak idiologi Pancasila dan UUD 45. Namun ada baiknya dicermati seraya merawat demokrasi kita.

Kaum sosialis dimasa lalu membayangkan perlunya suatu negara yang adil, sama rata sama rasa. Faktanya perbedaan itu sunnatulah, setiap materi tak mungkin dibagi absolut, juga proporsional. Inilah keadilan proporsi bukan semata keadilan absolut. Sosialisme berlebihan tak jarang berubah ekstrem sebagaimana komunisme diberbagai wilayah termasuk Indonesia. Mereka yang tak sejalan bisa berakhir di sumur buaya. Lihat juga Vietnam dan China yang mengubur masa depan demokrasi.

Kaum ultra-nasionalis pun membayangkan bahwa negara ideal mesti di ikat mati oleh relasi bangsa, tanah, bahasa, maupun kesatuan genealogis lainnya (Renan, Bauer, Kohn, Stoddard). Untungnya nasionalisme kita tak hanya di ikat oleh kesadaran masa lalu, juga komitmen masa depan bagi rumah tangga negara yang lebih baik (Hatta,1945). Nasionalisme berlebihan pun bisa menyerupai rezim Stalin, Mussolini & Hitler yang fasis dan totaliter. Semua kontra revolusi adalah musuh yang boleh dilenyapkan. Sejarah mencatat produk ultranasionalis hanya melahirkan genoside dimana-mana.

Kaum religi militan tak luput mengusung idiologinya sebagai konstruksi negara terbaik. Berbeda dengan kedua idiologi sebelumnya, negara idaman menjanjikan kebaikan di dunia dan akherat sebagaimana semangat teori dua pedang Aquino & Agustinus (civitas dei). Teokrasi fanatik pun tak jarang mengancam mereka yang tak seiman. Dengan dan atas nama Tuhan semua yang menentang tak jarang di stempel musuh yang nyata, kafir dan karenanya perlu digantung, disalib dan dirajam. Lihat akhir mengenaskan pasca revolusi melati di Mesir dan Suriah.

Guna menemukan jalan tengah ketiga idiologi itu, Soekarno pernah mensenyawakan ketiganya lewat Nasakom. Namun ide ini ditolak karena secara prinsipil ketiganya tak dapat disatukan. Komunisme bertolak-belakang dengan agama. Penganut agama pun menganggap ikatan kewargaan lebih karena keyakinan yang sama, bukan semata kepentingan yang sama. Nasionalisme sendiri dipandang terlalu sempit dibanding Internationalisme atas dasar keyakinan agama. Nasionalisme dan komunisme juga demikian, dihalangi oleh prinsip sakral masing-masing.

Baca Juga :  Representasi Dewan, Mandul?

Menyadari potensi polemik semacam itu, jauh sebelumnya Pancasila dikonstruksi mewakili semua nilai yang berserakan dalam budaya Indonesia. Spirit religi menjadi pondasi sekaligus berada di peringkat pertama. Nasionalisme dalam kesadaran berbangsa berada di sila ketiga. Esensi sosialisme berada di sila terakhir. Selebihnya kemanusian dan demokrasi berada di posisi kedua dan keempat. Pada konteks bernegara, inilah nucleus yang menjadi panduan dalam biduk bernegara dan berpemerintahan.

Buah dari konsensus itu tentu tak lahir begitu saja. Semua melalui proses berpikir dialektik dimana religi sebagai salah satu sumber nilai yang menjadi saripati (weltanschauung). Indonesia jelas bukan Amerika, Belanda, Malaysia, China apalagi Arab. Sebab itu, keunikan idiologi, konstitusi, sistem politik dan pemerintahannya adalah hasil adaptasi dari perjumpaan semua nilai yang penuh warna. Kita tak mungkin menelan bulat sistem di barat maupun di timur sekalipun faktanya kita menyerap banyak nilai di keduanya. Inilah titik temu, titik kompromi, atau titik sepakat yang banyak diistilahkan orang.

Apakah kita akan berubah dimasa akan datang? Setuju itu hak rakyat dan generasi selanjutnya. Sebab konsensus atas idiologi maupun sistem politik dan pemerintahan hanya dapat diubah oleh rakyat itu sendiri. Tapi mesti diakui bahwa sejak Indonesia dibentuk 1945 hingga pemilu 2019, rakyat mayoritas (termasuk muslim) masih sepakat bahwa Pancasila dan UUD 45 adalah landasan ideal bernegara. Bahwa kemudian ada persoalan dalam praktek tentu perlu dideteksi dimana masalahnya, sebab negara dan pemerintah adalah dua konsep yang tak hanya berhubungan erat, juga berbeda baik secara teoritis maupun praksis.

Negara adalah konsep yang abstrak kata Benedict Anderson dalam imagined communities (1983). Ia disusun secara defenitif oleh unsur pemerintah, rakyat, teritorial, dan kedaulatan. Satu-satunya yang konkrit hanya pemerintah. Itulah mengapa pemerintah dianggap personifikasi paling konkrit dari negara (Rasyid, 1999). Negara bersifat permanen dan long life. Negara menyimpan idiologi, konsensus dan tujuan bernegara lewat konstitusinya.

Disisi lain pemerintah adalah aktor negara. Pemerintah bersifat short time, setiap periode cenderung berganti sesuai diktum konstitusi, bisa 4 sampai 5 tahun yang dapat dipilih kembali. Bisa jadi seumur hidup sebagaimana model monarchi absolut. Karena tugasnya sebagai pelaksana konstitusi, maka undang-undang dapat di ubah sesuai visi yang ingin dicapai tanpa keluar dari fundamental konstitusi itu sendiri.

Disini acapkali kita menyalahkan negara yang bersifat permanen tadi. Padahal pemerintah adalah aktor dinamis yang terus berotasi. Jadi yang mesti kita perbaiki adalah raport pemerintah, bukan terus menerus meneror idiologi dan konstitusinya. Bukan berarti pula tak dapat dianulir, namun mekanismenya tak semudah yang kita bayangkan. Satu-satunya yang tak dapat dianulir hanya kitab suci, sekalipun ada saja manusia jahil yang berani melakukan amandemen kitab suci di hampir setiap agama. Pendek kata, negara ibarat matahari menyinari bulan sebagai pemerintah yang berganti siang dan malam.

Baca Juga :  Urgensi Etika Jabatan

Lalu apa yang mesti kita perbaiki dalam pemerintahan? Setidaknya pada empat hal pokok. Pertama, mengkonsolidasikan kembali praktek berdemokrasi kita agar lebih sehat dan berkualitas. Catatan IUE, IDEA dan Freedom House (2019-2020) dapat menjadi dasar. Tanpa perbaikan sebagai penyandang predikat negara demokrasi ketiga terbesar di dunia, demokrasi kita hanya akan menjadi kambing hitam, biang keladi, sistem kufur dan rapuh oleh kelompok pengusung idiologi alternatif seperti khilafah. Pembusukan ini kentara dilakukan secara masif, terstruktur dan terencana lewat kader militannya diberbagai kesempatan.

Kedua, dengan memperbaiki sistem demokrasi terus-menerus, bermakna bahwa alternatif sistem lain yang ditawarkan seperti khilafah dan komunisme bukanlah solusi paling ampuh dan satu-satunya, kecuali potensi tzunami bagi lahirnya perpecahan, konflik, serta kehendak utopis lagi ahistoris Indonesia. Dengan konsisten pada upaya itu maka propaganda idiologi dan sistem lain tak mempan mengkhianati konsensus konstitusi dan amanah founding fathers.

Ketiga, yang perlu diantisipasi adalah infiltrasi pemikiran idiologi alternatif yang menjamur lewat berbagai media sosial. Mereka jelas diuntungkan oleh kondusivitas sistem politik demokrasi sehingga bebas mengekspresikan pendapat sekalipun secara kelembagaan telah dibumi hanguskan. Sama halnya dengan komunisme yang pernah dibubarkan pemerintah. Organisasinya mati, namun pemikirannya terpelihara dan ditumbuhkan lewat generasi yang minim sejarah serta hampa wawasan kebangsaan.

Keempat, dengan tetap kokoh pada jalan beragama moderat (wasothiyah), sebagaimana ditunjukkan oleh ormas NU dan Muhammadiyah, serta memegang teguh konsensus historis di atas, kita tak gampang melakukan baiat dalam suksesi kepemimpinan nasional sebagaimana strategi kaum idiolog transnasional. Tentu saja semua ini sangat bergantung pada peran pemerintah sebagai aktor negara, masyarakat dan civil society. Sejauh dialektika agama ada dalam kendali negara tentu bukan soal, sebab dia bagian dari kemerdekaan berpikir. Namun dalam kondisi tertentu kata Spinoza (1632-1677), pemerintah boleh melakukan tindakan untuk mempertahankan kepentingan negara. *

(Penulis adalah Dekan Fakultas Politik Pemerintahan IPDN)

Pembaca 315
Tags: Dekan Fakultas Politik Pemerintahan IPDNMuhadam Labolo
Previous Post

Anwar Hafid Blak-Blakan Dihadapan Menteri ATR/BPN

Next Post

Wakili Bupati, Sekkab Ikut Regional Meeting Kawasan Teluk Tomini-Maluku Utara

Rekomendasi untuk Anda

Populisme dan Lunturnya Pamor Birokrasi
Kolom Muhadam

Populisme dan Lunturnya Pamor Birokrasi

20 Mei 2025
Ijazah dan Tanggungjawab Civitas Akademik
Kolom Muhadam

Ijazah dan Tanggungjawab Civitas Akademik

19 Mei 2025
Mendudukkan Ormas Dalam Bingkai Bernegara
Kolom Muhadam

Mendudukkan Ormas Dalam Bingkai Bernegara

6 Mei 2025
Toxic Mematikan Otonomi Daerah
Kolom Muhadam

Toxic Mematikan Otonomi Daerah

28 April 2025
Mitos Kelas dan Urusan Mengelola Negara
Kolom Muhadam

Mitos Kelas dan Urusan Mengelola Negara

29 Maret 2025
Retret Kepala Daerah
Kolom Muhadam

Retret Kepala Daerah

23 Februari 2025
Pagar Laut dan Kewenangan Pemda
Kolom Muhadam

Pagar Laut dan Kewenangan Pemda

23 Januari 2025
Relasi Status Daerah dan Mekanisme Pilkada
Kolom Muhadam

Relasi Status Daerah dan Mekanisme Pilkada

18 Januari 2025
Kota Palu dan Geliat Maju
Kolom Muhadam

Kota Palu dan Geliat Maju

13 Januari 2025
Next Post
Wakili Bupati, Sekkab Ikut Regional Meeting Kawasan Teluk Tomini-Maluku Utara

Wakili Bupati, Sekkab Ikut Regional Meeting Kawasan Teluk Tomini-Maluku Utara

Discussion about this post

Gubernur Sulteng Hadiri Sarasehan Geopolitik Global di Gedung MPR

Gubernur Sulteng Hadiri Sarasehan Geopolitik Global di Gedung MPR

20 Mei 2025
Tak Ingin Salah Mengelola Dana Hibah, Panpel Porkab Bertandang ke Kejari Banggai

Tak Ingin Salah Mengelola Dana Hibah, Panpel Porkab Bertandang ke Kejari Banggai

20 Mei 2025
Dinas PUPR Banggai Bangun Baru Empat Kantor Kecamatan

Dinas PUPR Banggai Bangun Baru Empat Kantor Kecamatan

20 Mei 2025
Juni 2025, Proyek Kolam Renang Kilongan dan Mess Pemda Banggai di Palu Action

Juni 2025, Proyek Kolam Renang Kilongan dan Mess Pemda Banggai di Palu Action

20 Mei 2025
18 Hari Operasi Premanisme, 43 Pelaku Terjaring di Sulteng

18 Hari Operasi Premanisme, 43 Pelaku Terjaring di Sulteng

20 Mei 2025

Pilihan Pembaca Pekan Ini

  • Menghadapi Porkab V Banggai 24 Camat Galau, Ada Apa?

    Menghadapi Porkab V Banggai 24 Camat Galau, Ada Apa?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KM Sinabung dan KM Sabuk Nusantara Jalani Docking, Pelni Luwuk Umumkan Jadwal Baru KM Tilongkabila

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ditinggalkan Cale, Didi Hinelo Isi Ketua Harian KONI Banggai

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Fajar Tewas Ditikam di Balut, Keluarga Korban Desak APH Tangkap Semua Pelaku!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pemuda Perantau Asal Pongian Tewas Bersimbah Darah di Balut

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tugas Penting AT–FM Periode Kedua Adalah Pemekaran Provinsi Sulawesi Timur

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Romi Botutihe Diminta Mundur Jika Tak Mampu Tingkatkan Penerimaan PDAM Banggai

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Program Pemutihan Pajak di Sulteng, Palu dan Banggai Kontribusi Terbesar

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Praktisi Hukum Dukung Rencana Bupati Banggai Amirudin Pecat ASN Melanggar Netralitas

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Luwuk Ibu Kota Provinsi Sulawesi Timur Layak dan Pantas

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
No Result
View All Result

ARSIP

KATEGORI

  • ATR/BPN Banggai
  • Balut
  • Banggai
  • Bangkep
  • DKISP
  • DPRD Banggai
  • Ekonomi
  • Foto Bicara
  • Info Bapenda
  • Info BPBD
  • Info Damkar
  • Info Dinsos
  • Info Disdikbud
  • Info Disnakeswan
  • Info Dispora
  • Info JOB Tomori
  • Info Mining KFM
  • Info PUPR
  • Info TPHP
  • Info Unismuh
  • Internasional
  • Kampus
  • Kecamatan
  • Kesehatan
  • Kolom Cudy
  • Kolom Muhadam
  • Kolom Syarif
  • Kriminal
  • Luwuk
  • Nasional
  • Olahraga
  • Opini
  • Parpol
  • Pemilu 2024
  • Pendidikan
  • Pilkada
  • Pilkada 2024
  • Porkab 2025
  • Prokopim
  • Ramadhan Berkah
  • Religi
  • Sosok
  • Sulteng
  • Tekno
  • Tips
  • Tojo Unauna
  • Umum
  • Video

Alamat Redaksi

Jalan G. Lompobatang No. 68 Kelurahan Baru Kecamatan Luwuk Kabupaten Banggai Provinsi Sulawesi Tengah

  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Standar Perlindungan Wartawan
  • Pedoman Media Siber

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Banggai
    • Religi
    • Kesehatan
    • Ekonomi
  • DKISP
    • Prokopim
    • Nasional
    • Internasional
  • Kriminal
    • Parpol
    • Pemilu 2024
    • Pilkada 2024
  • DPRD Banggai
    • Pilkada
    • Pemilu
  • Sulteng
    • Kecamatan
    • Tojo Unauna
  • Luwuk
    • Tekno
    • Kampus
    • Pendidikan
  • Info JOB Tomori
    • Info Mining KFM
    • Info Disdikbud
    • Info Bapenda
    • Info Dispora
    • Info Unismuh
    • Info PUPR
  • Opini
    • Kolom Muhadam
    • Tips
    • Kolom Cudy
    • Foto Bicara
    • ATR/BPN Banggai
  • Semua
    • Olahraga
    • Porkab 2025
    • Info BPBD
    • Info Dinsos
    • Info Disnakeswan
    • Info TPHP
    • Info Damkar
    • Kolom Syarif
    • Bangkep
    • Balut
    • Sosok
    • Ramadhan Berkah
    • Video

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
error: Content is protected !!