IKLAN

Kolom Muhadam

Representasi Dewan, Mandul?

199
×

Representasi Dewan, Mandul?

Sebarkan artikel ini

Oleh: Muhadam Labolo

SEBUAH video pendek menampilkan kekerasan verbal antara salah seorang anggota dewan di Pohuwato dengan salah satu penyampai aspirasi. Di Minahasa Tenggara, kekerasan yang sama muncul antara sesama anggota dewan lantaran kehendak berbicara yang menjadi haknya dihalang-halangi oleh pimpinan sidang. Kasus ini sering terjadi di daerah maupun di Senayan.

Salah satu kelebihan demokrasi adalah kemampuannya menyediakan fasilitas representatif di parlemen. Mengingat tak semua mesti duduk di parlemen, wakil dewan menjadi media efektif untuk berbicara atas nama kepentingan rakyat. Mereka di pilih setiap periode untuk menjembatani kehendak rakyat terhadap penguasa.

Sedemikian pentingnya kehendak rakyat di jaga, setiap wakil diberi hak imunitas agar kritik yang tajam pada penguasa tak mudah dikriminalisasi. Dengan begitu para wakil dapat berbicara apa adanya tanpa takut diintimidasi, bahkan sebaliknya, mampu mengoreksi penguasa hingga ke titik kompromi.

Baca:  Abstraksi dan Teknikalitas Pemimpin

Dalam metafora yang tajam, para wakil kata Rocky Gerung ibarat anjing penggonggong yang dikendalikan oleh majikan. Majikannya adalah rakyat. Tugas wakil rakyat melayani perintah majikan, dan bukan sebaliknya. Bila Ia justru berbalik menyalak majikan, tentu ada yang keliru selama ini.

Menjadi wakil di lembaga legislatif bermakna menjadi perpanjangan tangan orang banyak. Orang banyak di sebut publik. Mungkin itu yang membuat kita memilih bentuk negara republik, artinya melayani kepentingan orang banyak, bukan orang-perorang. Satu orang sakit perut urusan pribadi, lebih 10 orang kelaparan jadi urusan publik.

Urusan publik disuarakan wakil rakyat. Wakil di pilih setidaknya yang paling cerdas dan berani. Cerdas dalam arti mampu memilah dan memilih kepentingan rakyat. Berani, berkemampuan mengartikulasikan kepentingan itu lewat ragam resiko. Demi orang banyak Ia bahkan menenggelamkan kepentingan pribadinya, bukan sebaliknya.

Baca:  Godaan Jahat Manusia

Resiko terburuknya, seorang wakil bukan saja siap untuk di kritik, juga di ganti. Untuk itulah Ia dituntut melaksanakan fungsinya secara maksimal, membuat produk hukum, menganggarkan, dan mengawasi semua kebijakan penguasa. Untuk menjalankan fungsi itu para wakil dihargai bahkan di gaji sebagaimana penguasa.

Diberbagai negara, penghargaan bagi wakil rakyat bervariasi. Di barat, penghargaan bagi anggota dewan tak seberapa, bahkan tak punya gaji. Maklum, menjadi wakil rakyat adalah refleksi dari kebutuhan tertinggi manusia, yaitu aktualisasi diri, kata teoritikus psikologi Abraham Maslow. Di level terbawah ada pemenuhan fisiologis need.

error: Content is protected !!