LUWUK, Luwuktimes.id – Kemenangan paslon bupati/wakil bupati Banggai, Amirudin Tamoreka-Furqanudin Masulili (berdasarkan penetapan perolehan suara KPU Banggai), tak hanya karena partai politik (parpol) dan para relawan yang bekerja maksimal.
Akan tetapi lemahnya kekuatan rival turut memberi kontribusi keunggulan paslon dengan jargon AT-FM tersebut.
Di pilkada Banggai 2020, PDI Perjuangan yang merupakan parpol pengusung utama Herwin Yatim-Mustar Labolo (Winstar), disebut-sebut tak solid. Sepuluh kursi yang dipunyai banteng moncong putih di parlemen lalong ini, diklaim tidak full gas.
Penilaian itu bukan tanpa alasan.
Hasil perolehan suara Winstar jilid I di pilkada 2015, masih lebih besar dibanding Winstar jilid II. Pada pilkada lima tahun lalu itu, Winstar hanya mendapat sokongan dua partai politik yakni PDIP dan Demokrat (8 kursi). Sementara pilkada tahun ini kandidat petahana selain PDIP juga diusung PKS dan Partai Perindo (14 kursi).
Sebaran pemilih Winstar di kecamatan juga mengalami degradasi alias penurunan.
Jika di pilkada 2015 Winstar menang di 12 kecamatan. Tapi di pilkada 2020 hanya unggul di 1 kecamatan.
Lantas benarkah ketidak solidan para kader banteng moncong menjadi penyebab Herwin dan Mustar gagal menuju periode kedua sebagai bupati dan wakil bupati Banggai?
Sekretaris DPC PDI Perjuangan Kabupaten Banggai, Suprapto yang diklarifkasi Luwuktimes.id, Selasa (29/12) tadi malam menepis asumsi itu.
Jawaban Suprapto yang juga Ketua DPRD Banggai ini singkat, “PDI Perjuangan sebagai partai pengusung sudah bekerja dengan soliditas yang tinggi dalam memenangkan Winstar”. *
Baca juga: Ketika Parpol Pengusung Terkesan tak Serius Menangkan Winstar
(yan)
Discussion about this post