Reporter Naser Kantu
LUWUK – Sikap Ketua BEM Universitas Tompotika Luwuk, Rifat Hakim yang menghendaki adanya konsolidasi aksi menuntut diauditnya pembayaran gaji terhadap strukur tertinggi Yayasan Untika, mendapat pertentangan dari Wakil-nya sendiri, Fahra Fadila Umar.
“Untuk isu gaji yayasan ini, saya sebagai Wakil Ketua BEM, menyatakan berbeda sikap dan pandangan dengan Ketua,” beber Lala-sapaan akrab Fahra.
Pada Luwuk Times, Selasa (05/04), mantan Sekretaris Umum Himpunan Mahasiswa Kecamatan Pagimana (HMKP) ini, menyebutkan 3 poin krusial yang mengkritisi balik sikap Rifat Hakim.
Pertama, seyogyanya Rifat kata dia, tidak membawa BEM Untika pada isu-isu internal kampus yang masih absurt kebenarannya.
“Jangan asal-asalan mengambil isu yang berseliweran di sosmed, kemudian langsung menentukan sikap melakukan aksi. Harusnya di kaji lebih jauh dan mendalam, misalnya, apakah mereka sudah konfirmasi ke Pendiri dan Pembina Yayasan, Ketua Yayasan, benar menerima gaji,” tandasnya.
Dibanding menggelar aksi, Lala menyarankan agar masalah internal tersebut, diselesaikan terlebih dahulu secara internal pula, dengan melalukan dialog dan komunikasi bersama pihak yayasan dan rektorat.
Kedua, mahasiswa FEB Untika ini, meminta kepada lembaga-lembaga kampus untuk menahan diri dari aksi demonstrasi yang dipelopori oleh Ketua BEM Untika.
“Saya tidak mengetahui adanya aksi besok, jadi kalau dibilang itu aksi BEM, saya menolak, itu keputusan sepihak,” tegas Lala.
Semestinya, ditambahkan Lala, BEM Untika turut menjaga situasi internal kampus agar tetap kondusif, ditengah masa penerimaan mahasiswa baru.
“Masalah gaji yang tidak jelas validitas sumber informasinya, kemudian dibesar-besarkan. Itu isu recehan, yang justeru bisa mengurangi citra kampus kita dimata masyarakat Kabupaten Banggai,” ujarnya.
Pada pernyataan sikap yang ketiga, dia mengingatkan agar Rifat Hakim jangan hanya mengajak BEM Untika, berfokus pada isu-isu internal kampus.
“Masih banyak isu-isu eksternal yang jauh lebih penting untuk dikawal. Masalah minyak goreng, kenaikan harga BBM, itu semua yang bersentuhan langsung dengan hajat hidup orang banyak, masyarakat membutuhkan mahasiwa untuk bergerak, tapi kita malah diam. Penolakan masa jabatan presiden, dan kualitas pelayanan publik juga sampai saat ini tidak ada pengawalan,” pintanya.
Karena itu, secara tegas dirinya menolak keseluruhan gerakan-gerakan Rifat Hakim yang mengatasnamakan BEM Untika pada isu-isu internal.
“Kepada seluruh mahasiswa Untika, kepada pengurus BEM yang seirama dengan saya, mari kita rawat dan jaga bersama kampus Untika ini. Kepada Ketua BEM, saya berpesan khusus, untuk tidak terlibat lebih jauh pada permasalahan yayasan ini,” pungkasnya. *
Discussion about this post