Oleh: Dr. Syarif Makmur, M.Si
RAKYAT bisa kehilangan dan kehabisan makanan atau kehilangan apa saja. Tetapi jangan sampai kehilangan pemimpinnya.
Kekosongan perut rakyat pada hari itu bahkan ratusan nyawa meninggal pada hari itu, masih jauh lebih baik dari pada terjadi kekosongan pemimpinnya dalam satu jam atau pemimpinnya meninggal dunia pada hari itu. Karena pemimpin itu keberadaannya dibutuhkan rakyat setiap detik.
Belajar dan berkaca lah pada kisah nabi Nuh, nabi Luth, nabi Musa dan nabi-nabi yang lain, yang Allah Awt selamat kan nyawa para nabi yang mulia itu lebih utama, dan membiarkan ribuan nyawa bahkan lebih meninggal dunia dan dihancurkan rata dengan tanah.
Begitulah cara-cara Allah menyelamatkan pemimpin-pemimpin yang mulia itu, karena pemimpin itu dibutuhkan, maka ia harus disiapkan dan dirancang sebaik mungkin.
Masih jauh lebih baik mengeluarkan tenaga, pikiran dan dana yang besar untuk mempersiapkan seorang pemimpin, dari pada mengeluarkan tenaga, pikiran dan anggaran untuk membangun sebuah rumah sakit besar atau membangun sebuah jembatan.
Bahkan masa waktu kepemimpinan seorang gubernur atau Bupati /walikota tinggal sehari saja, ia masih dapat menanda tangani kebijakan tentang kesejahteran rakyat nya yang jumlahnya jutaan orang.
Dia dibutuhkan rakyat, bukan sebaliknya. Konsep dan argumentasi ini seharusnya dapat merubah sikap, pikiran dan tindakan publik selama ini agar tidak perlu membeli suara rakyat, melakukan money politik dan segala cara agar dapat terpilih dalam setiap perhelatan demokrasi.
Rakyatlah yang akan berlomba-lomba, saling mendukung mengumpulkan semua sumber daya termasuk dana untuk menjadikan dan mendukung seseorang menjadi pemimpin mereka yang terbaik, amanah dan bertanggungjawab.
Seorang calon gubernur, Bupati / walikota hanya mempersiapkan dirinya dengan Ilmu, pengalaman, integritas, moralitas dan agama nya dengan baik, itu saja, tidak harus menjual asset-aset nya, berhutang kesana kesini bahkan mencari donator yang akan membiayai pilkada.
Jika hal itu dilakukan, maka kita tidak akan melihat seorang kepala daerah tertangkap KPK, seorang kepala daerah menjual jabatan kepala dinas, jabatan camat dan jabatan lain dengan harga murah yang dapat mengalahkan harga diri dan kehormatannya.
Jika konsep nya terbalik, pemimpin yang membutuhkan suara rakyat, maka demokrasi di Indonesia bahkan demokrasi tingkat dunia akan menguras tenaga, pikiran, dana bahkan nyawa yang tidak sedikit.
Coba berkaca kepada Norwegia, Swedia, Islandia, Denmark dan Selandia Baru yang merupakan negara-negara dengan demokrasi paling terbaik di dunia.
Kita pun tidak harus membayar lembaga-lembaga survey untuk menghitung tingkat partisipasi politik rakyat. Karena sangat diyakini tingkat pastisipasi politik rakyat akan mendekati sempurna (100 %). Karena rakyat lah yang membutuhkan pemimpin.
Tanpa ada pemimpin, mungkin perilaku yang di gambarkan Socrates “serigala makan serigala” akan terus terjadi.
Serigala makan serigala itulah talenta dan tabiat dari hakekat manusia, sehingga malaikat dan iblis pun mengkomplain rencana Allah Swt akan menciptakan manusia yang di gambarkan hanya akan membuat kerusakan di muka bumi.
Prediksi dan ramalan para malaikat dan iblis itu benar-benar terjadi saat ini, dan yang dapat menyelamatkan kerusakan di bumi ini adalah para pemimpin.
Kita dapat membayangkan seandainya di sebuah daerah sekelas kabupaten / kota dalam menangani pandemi covid-19 ini tidak ada Bupati atau Walikota yang memberikan perintah. Membuat aturan dan sebagainya entah apa yang terjadi dengan penanganan covid-19 ini.
Bisa saja korban-korban manusia setiap menit berjatuhan karena yang satu menyalahkan yang lain, dan seterusnya antar manusia yang satu dengan manusia yang lain saling sikut menyikut.
Camat A jalan dengan kemauan nya sendiri. Demikian pula Camat B berjalan dengan cara nya sendiri.
Kepala desa A jalan ke utara. Sedangkan Kepala desa B jalan ke selatan. Karena adanya pemimpin dan kepemimpinan, maka semua nya diatur untuk menghindari serigala makan serigala tadi .
Mengapa pilres dan pilkada, negara bisa dengan sangat berani mengeluarkan dana trilyunan rupiah?
Mengapa setiap perhelatan pilpres dan perhelatan pilkada bisa berjatuhan korban dimana-mana?
Discussion about this post