JAKARTA, Luwuk Times— Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyebut perlu waktu lebih dari 350 tahun untuk membangun kembali Gaza, jika blokade tetap ada.
Dengan menggunakan data satelit, PBB memperkirakan bulan lalu ada 69% bangunan di Gaza telah rusak atau hancur. Termasuk lebih dari 245.000 rumah.
Begitu pula dengan Bank Dunia memperkirakan kerusakan sebesar US$18,5 miliar atau berkisar Rp299,14 triliun (Rp16.170/US$1).
Angka itu hampir sama dengan gabungan hasil ekonomi Tepi Barat dan Gaza pada tahun 2022, hanya dari empat bulan pertama perang.
CNBC Indonesia melansir, ratusan ribu warga Palestina mendapat izin untuk kembali ke rumah mereka di wilayah Gaza utara, sejak Senin (27/1/2025).
Itu setelah Israel membuka pos pemeriksaan militer yang telah membagi wilayah tersebut selama lebih dari setahun, mengakhiri pengusiran paksa dari rumah mereka.
Banyak dari mereka yang menuju ke utara menduga, mereka akan kembali ke tempat yang tidak lebih dari sekadar reruntuhan.
Akan tetapi ingin mendirikan tenda di tanah mereka sendiri setelah berbulan-bulan berpindah-pindah di antara kamp-kamp pengungsian yang padat di selatan jalur tersebut.
Di kota Gaza, kerumunan orang yang bersorak-sorai menunggu untuk menyambut mereka.
Tentu saja warga Palestina tidak mungkin hidup dengan membangun tenda samping reruntuhan rumah dan bangunan mereka seumur hidup.
Tingkat kerusakan sepenuhnya baru akan terdeteksi saat pertempuran berakhir dan inspektur memiliki akses penuh ke wilayah tersebut.
Bagian Gaza yang paling parah hancur, di utara, telah ditutup. Sebagian besar penduduknya dikosongkan oleh pasukan Israel dalam operasi yang dimulai pada awal Oktober.
Salahkan Hamas
Israel menyalahkan Hamas atas kehancuran tersebut. Dan memicu perang dengan serangannya pada 7 Oktober 2023 ke Israel, menewaskan sekitar 1.200 orang. Sebagian besar warga sipil, dan menculik 250 lainnya.
Serangan balasan Israel telah menewaskan lebih dari 46.000 warga Palestina. Dan lebih dari setengahnya adalah wanita dan anak-anak, menurut Kementerian Kesehatan Gaza, yang tidak menyebutkan berapa banyak dari mereka yang tewas adalah pejuang.
Israel mengatakan telah menewaskan lebih dari 17.000 militan, tanpa memberikan bukti.
Discussion about this post