Sebab dengan berbagai peraturan yang ketat apalagi jika guru yang mengajar kaku dan tidak dapat mencairkan susasana dalam kelas.
Maka anak-anak akan merasa bosan dan seakan dipenjara karena segala gerak mereka terbatas. Hak bermain, istirahat tidak diberikan.
Baca juga: Atlet Lebih Berharga Dibanding Pendidik
Ekspektasi yang begitu tinggi dengan pergi kesekolah dan bertemu dengan teman-teman lama yang tak berjumpa tidak sesuai dengan harapan.
Ketatnya peraturan terkait dengan jam pembelajaran bertolak belakang dengan kondisi diluar.
Kita lihat bahwa tempat bermain malam anak-anak, mall, restoran café, lapangan olahraga bahkan ada kegiatan pertandingan sepakbola dan juga tempat wisata dibuka untuk umum membuat seolah virus itu hanya berada disekolah jika ditempat umum sudah bebas dari virus.
Peraturan yang ketat terhadap pembelajaran tatap muka ini tidak berdampak memutuskan rantai virus Covid-19.
Secara logika bisa saja kalau semisal ada anak yang mengikuti tatap muka terbatas disekolah terpapar oleh virus itu bukan dari sekolah tapi dari tempat-tempat umum yang dibuka bebas atau mungkin dari keluarga atau orang tua mereka yang mengikuti kegiatan-kegiatan diluar.
Lalu pertanyaannya untuk apa sekolah dibuka secara terbatas sedangkan pertandingan sepak bola dibolehkan? Untuk apa sekolah dibuka terbatas kalau café dan tempat nongkrong dibuka bebas? Serasa tak adil buat dunia pendidikan.
Pemerintah harusnya menyeimbangkan antara peraturan yang ditetapkan disekolah dan juga peraturan untuk tempat-tempat umum.
Kalau sekolah dilakukan terbatas maka kegiatan-kegiatan olahraga yang bisa menjadi sumber penularan virus juga dilakukan terbatas bahkan harus ditiadakan.
Sebab asumsi bahwa vaksin bisa memutus rantai penularan itu tidak benar jika tidak dibarengi dengan protokol kesehatan. *
(Penulis adalah Praktisi Pendidikan)
Discussion about this post