DKISP Kabupaten Banggai

Opini

Apakah Hasil Survei dapat Dipercaya Publik?

211
×

Apakah Hasil Survei dapat Dipercaya Publik?

Sebarkan artikel ini

Terdapat beberapa hal yang menyebabkan hasil survey tidak selalu benar bahkan cenderung jauh dari perkiraan. Dalam tulisan ini, akan dibahas 3 hal utama yang perlu diketahui agar kita memahami penyebab mengapa hasil survei terkadang berbeda dengan hasil sebenarnya.

  1. Margin of Error
    Perlu diingat bahwa survei dilakukan terhadap sample (contoh), yaitu sebagian dari populasi, bukan seluruhnya. Jadi, sangat wajar jika hasil survei tidak tepat 100% dengan hasil sebenarnya. Ketidaktepatan hasil inilah yag selanjutnya akan dikenal dengan istilah error (kesalahan).

Error dapat diminimalisasi dengan menetapkan metode sampling (penarikan contoh) yang tepat, tetapi error tidak dapat dihilangkan. Untuk itu, ditetapkanlah margin of error, yaitu batas kesalahan dari sebuah nilai dugaan yang masih dapat ditoleransi.

Sebagai contoh, survei menunjukkan bahwa pasangan A akan memenangkan pemilu terhadap pasangan B dengan perolehan suara sebesar 51% dengan margin of error sebesar 3%. Artinya, lembaga survei tersebut yakin bahwa hasil yang sebenarnya tidak akan berada di luar selang 51%±3%, yaitu di antara 48% – 54%. Selang tersebut menunjukkan bahwa lembaga survei juga meyakini adanya kemungkinan pasangan B memenangkan pemilu karena pemilu diprediksi akan berlangsung dengan ketat.

Baca:  Sastra Sebagai Kritik
  1. Non-sampling Error
    Non-sampling error merupakan error yang terjadi di luar akibat penggunaan sample, melainkan terjadi saat proses pelaksanaan survei. Beberapa jenis non-sampling error diantaranya adalah non-response (responden tidak merespon saat disurvei), innacurate response (responden memberikan respon yang salah), selection bias (responden yang terpilih bukanlah individu yang tepat/sesuai dengan tujuan survei), dishonest interviewer (pewawancara tidak jujur dalam mengisi kuisioner), dan human error (pewawancara melakukan kesalahan yang tidak disengaja saat mengisi kuisioner).

Ada berbagai metode untuk meminimalisasi non-sampling error, diantaranya adalah reward (pemberian hadiah kepada individu yang bersedia menjadi responden), callbacks (menghubungi kembali responden untuk memvalidasi respon yang diberikan saat disurvei), dan trained interviewers (menyeleksi dan melatih pewawancara sebelum melakukan survei).

  1. Media Massa
    Media massa memiliki andil besar dalam membangun opini publik. Oleh karena itu, banyak kaum elite atau para penguasa berusaha memanfaatkan media massa untuk memengaruhi opini publik. Salah satu alat yang digunakan adalah hasil survei, karena hasil survei merupakan hasil penelitian sehingga dianggap publik sebagai informasi faktual dan terpercaya.

Mereka membayar lembaga survei untuk mengeluarkan hasil survei yang cenderung berpihak kepada mereka untuk membangun mindset masyarakat agar nantinya berpihak atau mendukung mereka. Akibatnya, banyak lembaga survei yang tidak independen (memiliki muatan politis) saat melakukan survei atau jajak pendapat karena tergiur dengan bayaran dari kaum elite atau para penguasa tersebut. Fenomena ini sering terjadi terutama ketika memasuki masa kampanye pemilihan umum (pemilu).

Baca:  49 Persen Warga tak Ingin Incumbent Jadi Wali Kota, Ini Alasannya

Kesimpulannya, hasil survei salah bisa saja terjadi, baik yang disengaja maupun tidak disengaja. Oleh karena itu, bijaklah dalam memahami atau memanfaatkan hasil survei. Gunakanlah hasil survei untuk sekadar memperluas wawasan.

Telaah lebih jauh (tabayyun) untuk mengetahui apakah hasil survei tersebut benar adanya dan tidak memiliki muatan politis jika ingin menjadikan hasil survei sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan. Yang terpenting juga, jangan gunakan hasil survei untuk ikut-ikutan memengaruhi orang lain atau malah menebar kebencian hanya demi mendukung elite politik tertentu tertentu dan menjatuhkan lawan politiknya. berpolitiklah dengan santun, berbeda pilihan dengan tidak memutus tali silaturahmi karena. Torang samua basudara. *

(Penulis adalah Alumnus S2 Jurusan Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada yang juga putra Banggai)

error: Content is protected !!