Reporter Sofyan Labolo
LUWUK— Tak hanya memiliki puluhan bahkan ratusan kosa kata unik, yang sampai saat ini sebagian besar sudah jarang digunakan dalam berdialek. Tapi lebih dari itu, warga Luwuk Kabupaten Banggai juga punya ciri khas tersendiri ketika berdialog.
Kata Ebe, sangat identik dengan orang Luwuk. Saat berada di perantauan, ketika kata itu terdengar, langsung diketahui bahwa ia adalah kelahiran Luwuk Banggai.
Saat warga Luwuk berada di kampung orang, kata Ebe punya daya magnet cukup kuat dalam memperekat tali silahturahmi.
Bahkan tak jarang untuk mempertegas pembentukan kelompok atau paguyuban berasal dari Luwuk, kata Ebe diselipkan dalam nama kelompok atau paguyuban tersebut.
Apa sebenaranya arti dari kata Ebe itu?
Meski hanya terdiri dari tiga huruf, namun kata Ebe ini memiliki banyak makna. Tinggal tergantung kata Ebe itu terselip pada kalimat yang diucapkan.
Ebe bisa dimaknai sebagai ungkapan mempertegas sebuah ucapan kekaguman terhadap sesuatu. Semisal, “ebe indah sekali pemandangannya” atau “ebe cantik/ganteng parasnya” atau “ebe megah sekali rumahnya” dan lain sebagainya.
Kata Ebe bisa juga bermakna sebagai ucapan penegasan larangan. Contoh, “ebe jangan ganggu dia” atau “ebe jangan ambil barang orang lain” atau “ebe jangan begitu”.
Kata Ebe cukup elastis. Karena ia dapat diselipkan pada kalimat apa saja. Termasuk pengungkapan rasa keprihatinan. Salah satu contoh, “Ebe payah, dia tidak lulus”.
Ciri Khas
Selain kata Ebe juga ada keunikan lain dari orang Luwuk, yaitu logat atau dialek dalam menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa komunikasi sehari-hari.
Orang Luwuk punya ciri khas, sehingga bagi para pendatang menganggap ada nilai eksotik dan romantik dari logat orang Luwuk itu sendiri.
Orang Luwuk kerap mengucapkan sebuah kata dengan singkatan.
Contoh kata saya, disingkat menjadi Sa, ngana yang artinya anda atau kamu menjadi Nga dan kata Dia menjadi De serta Punya berubah menjadi Pe. Selain itu kata Tidak disingkat Te dan Sudah jadi So.
Tidak cuma itu saja orang Luwuk menyulap Bahasa Indonesia menjadi Bahasa kesehariannya.
Yakni Berjalan jadi Bajalan dan Bengkak jadi Bangka. Kata yang mestinya tidak punya awalan, malah diprandel menjadi ada awalan. Semisal, lihat tambah Balihat, Makan jadi Bamakan, Kumpul jadi Bakumpul dan Teriak jadi Batariak. *
Discussion about this post