Jangankan menggunakan komputer melihat komputerpun mereka tak mampu lagi karena mata yang selama ini digunakan untuk memberikan cahaya harapan buat anak-anak dipelosok telah pudar penglihatannya.
Sungguh miris, penghagaan pemerintah kepada para pejuang pendidikan tidak sebanding dengan para atlit.
Memang benar mereka tak berjuang dikanca internasional dan tak mengharumkan nama bangsa.
Namun, mereka menjadi pelita ditengah gelapnya harapan anak bangsa dalam sentuhan pendidikan di pelosok-pelosok negeri.
Satu goresan surat terbuka dari seorang petugas penjaga ruang P3K saat ujian yang viral dan membuat banyak mata yang membaca berurai airmata yang berisi.
Sungguh luar biasa ungkapan perasaan yang dituangkan dalam surat terbuka ini, yang menggambarkan betapa rendahnya penghargaan pemerintah terhadap pendidik dinegeri ini, yang katanya menjunjung tinggi pendidikan, yang katanya memiliki anggaran pendidikan APBN 20%.
Kemirisan ini tidak hanya terjadi pada seorang guru SD yang mengikuti P3K tapi tenyata setelah membaca sejarah ada seorang ilmuwan yang sangat luar biasa yang bernama DR Hans Jacobus Wospakririk.
Beliau adalah dosen fisika Teoritik di ITB dan telah menulis beberapa jurnal Internasional serta menerima beberapa penghargaan sebagai seorang ilmuwan.
Namun naas nasib beliau tidak seindah Apriyani Rahayu dan Gresia Polii meskipun banyak menorekkan sejarah sebagai fisikawan terbaik yang dimiliki Indonesia.
Discussion about this post