Syahrin Taalek
LUWUK, Luwuktimes.id— Nada protes dilontarkan aktivis Linca, Syahrin Taalek. Dari tujuh nama tim pakar debat publik pilkada Banggai 2020, tak ada satupun akademisi dari Kabupaten Banggai yang terakomodir.
“Kesannya diskrimatif sekaligus mengabaikan kearifan lokal. Masa tak ada satupun akademisi dari Kabupaten Banggai. Semuanya malah dari Palu,” kata Syahrin, Sabtu (07/11).
Ada hal yang mendasari sehingga Syahrin tidak sejalan dengan kebijakan KPU Banggai itu.
Pertama, pilkada Banggai didanai oleh APBD Banggai. Pagunya pun tidak kecil, yakni Rp50 miliar. Sejatinya, akademisi lokal juga patut diberdayakan, lewat momentum pilkada.
Kedua, bicara soal kemampuan, kalangan akademisi lokal juga tidak tidak perlu diragukan. Semisal sebut Syahrin, Dr. Isnanto Bidja yang saat ini menjabat sebagai Wakil Rektor Untika Luwuk. Isnanto juga pernah menjadi menjadi tim seleksi (timsel) calon KPU Banggai.
Sementara untuk duta dari Unismuh Luwuk sambung Syahrin ada Dr. Gifari Sono. Sosok ini juga intelektual mumpuni.
Mestinya kata Syahrin lagi, ada kolaborasi, antara akademisi Kota Palu dan akademisi Kabupaten Banggai. Minimal dari tujuh, ada dua wakil dari Kabupaten Banggai.
Soal mengapa personil tim pakar tak melibatkan akademisi Kabupaten Banggai, Divisi Sosialisasi, SDM dan Parmas KPU Banggai, Alwin Palalo tidak memberi jawaban.
Berikut tim pakar debat publik pilkada Banggai, Dr. H. Muhtadin Dg Mustafa, M.HI, Drs. Abdullah, MT, Dr. Ir. H. Samliok Ndobe, M.Si, IPM (Ketua tim Pakar), Dr. Yunus Sading, SE., M.Si, Dr. Rahmat Bakri, S.H., M.H, Dr. Asrifai, S.Ip, M.Si, Dr. Andi Purnawati, SH, MH dan Dr. Abdullah Iskandar, SH, MH sebagai moderator. *
(yan)
Discussion about this post