Oleh: Putri Yulinar Ibrahim, S.M
BELUM lama ini, telah ramai berita pembunuhan istri yang di lakukan suaminya sendiri. Seorang suami di Cikarang tega membunuh istrinya karena kesal ketika ditanya masalah uang belanja. Sebelum melakukan pembunuhan, pelaku dan korban sempat cekcok masalah ekonomi. (news.republika.co.id)
Pada hari yang sama juga telah terjadi pembunuhan, seorang suami di Kota Singkawang, Kalimantan Barat tega menusuk istrinya, NSL karena tak terima digugat cerai. Setelah ditusuk oleh sang suami, NSL pun dinyatakan meninggal dunia. (regional.kompas.com)
Lalu, beberapa hari kemudian dengan kasus yang sama terjadi di Ciamis, berawal dari percakapan masalah uang hasil parkir, kemudian terjadi pertengkaran, setelah itu sang suami tega menghabisi nyawa istrinya dengan menjambak rambut dan membenturkannya ke tembok. (regional.kompas.com)
Kejadian pembunuhan yang di lakukan seorang suami kepada istrinya sungguhlah tragis. Seorang suami yang seharusnya menjadi pemimpin dalam rumah tangga dan melindungi istrinya berubah menjadi seorang penjahat yang tega membunuh istrinya sendiri.
Kasus seperti ini bukan pertama kali terjadi, kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) sudah sering kita dengar, dan masih banyak kasus lainnya yang bisa jadi tidak terungkap. Dilihat dari penyebabnya mulai dari masalah ekonomi, perselingkuhan, atau campur tangan pihak ketiga.
Sungguh Miris banyaknya kasus KDRT dengan berbagai penyebab yang mengakibatkan tindak pembunuhan. Hal ini menunjukkan lemahnya pengelolaan emosi dan daya tahan dalam menghadapi beratnya kehidupan. Ini adalah potret buram kehidupan sekuler kapitalis yang jauh dari keimanan.
Penerapan sekuler kapitalis membuat tekanan hidup semakin berat, dilihat dari salah satu penyebabnya yaitu masalah ekonomi. Kenaikkan inflasi dari penerapan ekonomi kapitalisme membuat kebutuhan pokok menjadi naik, kenaikkan ini tidak sejalan dengan naiknya gaji, ditambah lagi kasus PHK yang bertambah.
Ini sangatlah mempengaruhi keluarga dalam memenuhi kebutuhannya, dengan pendapatan yang pas-pasan mereka berusaha untuk memenuhi kebutuhan dan meminimalisir kebutuhan lainnya, bahkan ada keluarga yang kekurangan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Kondisi seperti ini menambah tekanan hidup sehingga amarah sering kali terluapkan pada pasangannya.
Tidak hanya masalah ekonomi, akibat dari penerapan kebebasan oleh kapitalisme dalam pergaulan, suami-istri bebas bergaulan bukan dengan pasangannya tanpa ada alasan syar’i yang berujung pada perselingkuhan. Perselingkuhan sering berujung hingga kehilangan nyawa.
Kasus yang berulang terjadi ini haruslah membuat kita sadar, bahwa lahirnya individu sadis ini akibat bobroknya sekuler kapitalisme. Ideologi atas dasar pemisahan agama dari kehidupan, melahirkan individu yang tidak mampu menyelesaikan masalah dan mengatasi kemarahan. Agama hanya di jadikan standar sebagai ibadah dengan Tuhan saja, bukan sebagai pengatur kehidupan di segala aktivitas.
Islam adalah agama paripurna yang mampu menyelesaikan masalah hingga ke akarnya. Ketika Islam dijadikan sebagai way of life, dan tertenam Aqidah Islam yang benar ia mampu memberikan kekuatan dan kesabaran seorang hamba dalam menghadapi kesulitan dan beratnya kehidupan. Keimanannya menjadi perisai untuk sabar dan tetap dalam kewarasan ketika bertemu masalah sehingga tidak berbuat maksiat.
Dalam Islam telah di ajarkan ketika emosi di perintahkan untuk mengganti posisi, bahkan di perintahkan untuk berwudhu agar naluri ini bisa tunduk pada syariat. Lalu, masalah ekonomi akan di atur dengan ekonomi Islam bahwa kesejahteraan umat dan kebutuhan umat akan terpenuhi. Dan, sistem sosial akan di atur dalam Islam sehingga interaksi lawan jenis akan sesuai dengan syariat sehingga tidak mudah terjadi perselingkuhan atau adanya orang ketiga.
Sehingga, Islam satu-satunya yang mampu menyelesaikan seluruh problematika umat dalam penerapannya secara Kaffah.
Wallahu’alam bish shawab’. *
Penulis adalah Aktivis Komunitas Sahabat Hijrah
Discussion about this post