IKLAN

Luwuk

Ketua PWI Banggai Ibaratkan Politik Uang Itu Setan, Tidak Dilihat tapi Ada

413
×

Ketua PWI Banggai Ibaratkan Politik Uang Itu Setan, Tidak Dilihat tapi Ada

Sebarkan artikel ini
Ketua PWI Banggai Iskandar Djiada menyoroti penanganan kasus politik uang. (Foto: Sofyan Labolo/Luwuk Times)

Luwuk Times, Banggai— Diskusi perdana Lintas Inspirasi (LINSPIRASI) berjalan cukup alot, Sabtu (07/10/2023) pagi. Tema yang diusung soal politik uang.

Sejumlah kalangan yang hadir pada diskusi dimoderatori Makmur Manesa itu memberi pendapat soal money politic. Salah satunya Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Banggai, Iskandar Djiada.

“Politik uang sama dengan setan. Tidak dilihat, tapi ada,” ucap Iskandar.

Dan efek dari politik uang itu sangat luar biasa. Ia pun memberi contoh.

“Jadi wartawan kelihatan faktanya. Dari 35 anggota DPRD Banggai, untung-untung hanya 15 yang bisa bicara untuk konstituen masing-masing. Ini dampak langsung. Tidak cerdas nya pemilih lantaran politik uang,” kata Iskandar.

Soal regulasi sanksi bagi pelaku politik uang juga menjadi sorotan Pemimpin Umum Banggai Raya ini.

“Bawaslu pernah tangkap tim sukses nya. Hukum kita rendah. Proses nya rumit. Karena tindak pidana ringan. Ada kesempatan lari. Sementara ada masa kadaluarsa 2 minggu. Kasusnya menguap. Karena ekspair, tidak bisa ditindak lanjuti,” ucapnya.

Baca:  181 Nelayan se Kecamatan Luktar dapat BLT dari Herwin Yatim

Begitu pula penanganan kasus politik uang pada momentum Pilkada Banggai.

Meskipun faktanya ada bagi-bagi uang mulai dari 250 ribu sampai dengan 500 ribu, namun lembaga pengawas pemilu tidak dapat memprosesnya.

“Tidak bisa diproses. Karena namanya tidak masuk dalam tim pemenangan yang terdaftar dalam tim pemenangan resmi. Ini sulit diproses dan menguap. Akhirnya jadi setan lagi,” kata Iskandar.

Bahkan sambung Iskandar, dalam penanganan kasus politik uang di Kabupaten Banggai, selama ini baru satu kasus yang ditindak lanjuti hingga ke pengadilan.

Masih dengan pemaparan Ketua PWI Banggai 2 periode ini, partai politik terkesan membuka ruang bagi para caleg nya untuk terlibat politik uang. Dia pun menjelaskan sinyalemen tersebut.

“Parpol seperti menganjurkan. Kalau mau jadi caleg ada doi tidak? Ya, 300 juta minimal modal awal. Bagi saya ini menyarankan politik uang bagi caleg. Sehingga orang yang punya kemampuan justru tidak jadi calon,” ucapnya.

Lima Kali Gagal

Nadjib Umar

Hadir pula pada diskusi itu adalah Nadjib Umar. Dia merupakan salah satu politisi senior di Kabupaten Banggai.

Baca:  Vaksinasi di Atas 70 Persen, Ini Pesan Ketua Satgas Covid Banggai

Nadjib Umar tercatat sudah lima kali mengikuti kontestasi pemilu. Mulai dari kabupaten, provinsi, pusat hingga DPD RI. Namun Nadjib Umar belum mendapat kesempatan duduk di parlemen. Ia kalah bersaing dengan para politisi yang memiliki padat modal.

“Saya salah satu korban dari politik uang,” kata Nadjib Umar.

Ia punya alasan sehingga harus terjun di dunia politik. Karena latar belakang disiplin ilmunya politik.

“Saya latar belakang ilmu politik. Makanya saya terjun ke dunia politik,” ucap Nadjib.

Selain sepakat dengan pendapat Ketua PWI Banggai, Iskandar Djiada bahwa regulasi dalam menangani politik uang masih lemah, mengingat dibatasi 2 pekan, Nadjib juga menyoroti rekrutmen caleg oleh parpol.

“Kebanyakan parpol melahirkan caleg bukan dari kader. Jadi politisi itu minimal 5 tahun pengurus. Iya, karena punya uang sehingga sekalipun bukan kader, tetap menjadi prioritas,” kata Nadjib Umar. *

error: Content is protected !!