LUWUK TIMES — Kalangan pemuda di Kecamatan Batui Kabupaten Banggai menolak proyek pembuatan film layar lebar Amanah di tanah adat. Mereka mendesak Bupati Banggai H. Amirudin untuk menghentikan proyek tersebut.
Menurut salah satu tokoh pemuda Batui Kabupaten Banggai, Nasri Sei dalam rilisnya kepada Luwuk Times, Minggu (04/06/2023) tadi malam, pada prinsipnya pihaknya mendukung upaya pemerintah dalam mengangkat nilai nilai kearifan lokal di tanah Batui.
Alasan Nasri, karena itu merupakan bagian dari visi pemerintahan saat ini.
Lantas mengapa harus lahir penolakan terhadap pembuatan film layar lebar Amanah di tanah adat?
Nasri menjelaskan, pertama pembuatan film layar lebar ini tidak melibatkan para tokoh adat Batui. Baik lembaga dan perangkat adat lainnya.
Lahir kemudian pertanyaan sambung Nasri, apa yang harus digali soal narasi adat di Batui, kalau pihak-pihak yang berkompeten di tanah Batui tidak dilibatkan.
Yang pasti tekan Nasri, proyek tersebut telah membuat gaduh para pemuda dan tokoh adat Batui.
Masih dengan komentar pedas Nasri, hal ini erat kaitannya dengan etika.
Harusnya sejak awal tim membangun komunikasi bersama tokoh dan pemangku adat Batui serta melibatkan mereka dalam penggarapan film tersebut.
Kegaduhan yang kedua dari proyek ini, sambung Nasri, tentang muatan narasi romantisme (percintaan) yang dikaitkan dengan Amanah di Tanah Adat (Batui).
Yang secara teks dan konteks jika judul “Amanah di Tanah Adat” adalah muatan utuh tentang cerita tokoh dalam prosesi Tumpe. Tak ada muatan kisah percintaan di balik amanah itu.
“Kami ingatkan, bicara amanah itu, sakral bagi masyarakat Batui,” tegas Nasri. *
