Sombonglah kepada uang, harta, popularitas, ketenaran dan penghargaan dunia, karena kalau kita merendah terhadap nya maka kita akan menjadi budak dunia.
Rumah tangga yang merasa tentram, gembira, damai dan bahagia adalah surga. Sementara yang gelisah, gunda gulana, panik, cemas dan lainnya adalah neraka.
Keluarga yang pesimis, selalu melihat kesulitan di setiap kesempatan, tetapi keluarga yang optimis selalu melihat kesempatan disetiap kesulitan.
Ini nasehat Buya Hamka kepada kita semua: Jangan takut jatuh, karena yang tidak pernah memanjatlah yang tidak pernah jatuh. Jangan takut gagal, karena yang tidak pernah gagal adalah orang-orang yang tidak pernah melangkah. Jangan takut salah, karena dengan kesalahan yang pertama kita dapat mengambil pengetahuan untuk mencari jalan yang benar pada langkah kedua.
Kecantikan yang abadi terletak pada keelokan adab dan ketinggian Ilmu seseorang yang bermanfaat bagi sesama. Bukan terletak pada wajah dan pakaian serta gelar seseorang.
Keluarga dan rumah tangga yang tentram itu bila punya uang tidak merasa gembira, dan bila tidak punya uang tidak merasa susah.
Sebaik-baik perhiasan adalah istri yang soleha. Sebaik-baik harta adalah anak yang saleh dan soleha.
Jika engkau bukan suami atau istri yang menguasai Ilmu agama, cukup ajarkan alif-ba-ta pada anak-anakmu. Hal itu sudah cukup menjadi bekal akhirat (Mbah Moen).
Jangan pernah meremehkan kebaikan. Bisa jadi seseorang itu masuk surga, bukan karena puasa sunahnya dan panjang sholat malamnya, tetapi karena akhlak baik dan kesabaran nya ketika ditimpa musibah.
Bila kita kehilangan sesuatu dalam hidup ini apakah anak, harta, jabatan dan lainnya, sebenarnya kita lupa, bahwa hal itu bukan hilang, tetapi semuanya milik Allah yang dititipkan kepada manusia.
Jangan berlomba-lomba membuat kolam renang di rumah yang hanya berukuran 25 x 25 meter agar kelihatan wah dan mewah. Tidak kah kita berpikir dengan akal sehat bahwa Allah telah menciptakan lautan dan samudera yang ukuran nya tidak mampu dihitung oleh manusia dan kita bisa berenang gratis tanpa limit waktu dan sepuasnya.
Tidak kah kita berhitung dan sadar bahwa udara yang Allah berikan sejak kita lahir hingga usia kita 40, 50 hingga 80 tahun bahkan 100 tahun tidak pernah Allah meminta untuk dibayar, semuanya gratis.
Sementara saudara-saudara kita yang di rawat di rumah sakit harus membayar oksigen puluhan juta sehari.
Mantan Presiden RI Soekarno pernah menyebutkan bahwa ia lebih senang dan suka melihat anak muda yang kumpul bersama keluarga dan kedua orang tuanya berdiskusi, berdialog membahas masalah bangsa sambil minum kopi. Dari pada seseorang yang kutu buku menyendiri hanya memikirkan dirinya sendiri.
Payung memang tak menghentikan hujan, tetapi dengan payung kita dapat berdiri bersamanya dalam hujan tanpa basah. Demikian pun dengan kesabaran, ia tidak akan memberikan kita kemenangan tetapi ia mampu memberikan kita kekuatan untuk menghadapi berbagai godaan dan cobaan. Rumahku adalah surgaku. *
Discussion about this post