IKLAN

Opini

Santakalan yang Perkasa (Sebuah Legenda Tano Sampaka)

1395
×

Santakalan yang Perkasa (Sebuah Legenda Tano Sampaka)

Sebarkan artikel ini
Desa Sampaka terletak di Kecamatan Bualemo Kabupaten Banggai. Desa ini menyimpan cerita legenda terkait asal-usulnya. (Foto: Istimewa)

Sugigi Lontar mengantar Santakalan menuju pemukiman yang menjadi tempat dimana Nenek Pakandre menangkap warga setempat untuk dijadikan santapan.

Saat mereka sudah mendekati pemukiman tersebut, Sugigi Lontar menjelaskan kepada Santakalan bagaimana tipu muslihat dari Nenek Pakandre. Dengan harapan agar Santakalan lebih berhati-hati terhadap Nenek Pakandre.

Sesampainya mereka disana, Santakalan meminta Sugigi Lontar umtuk bersembunyi sekaligus menjaga ikan yang dibawanya. Sementara itu, ia pergi menuju sebuah tempat dimana Nenek Pakandre mengurung warga yang ditangkapnya.

Tak lama kemudian Santakalan sampai ditempat tersebut dan mengetuk pintu, lalu keluarlah Nenek Pakandre. Dia bersikap seolah tidak tau apa-apa dan mengatakan untuk meminta api untuk membakar ikan, lalu Nenek Pakandre pun mengatakan : APA MOTUNU ? MOTUNU BALE ? BALE TORTUNU NANDETO TORTUNU.

Yang artinya MAU BAKAR APA ? BAKAR IKAN ? IKAN KU BAKAR, KAMU JUGA IKUT KU BAKAR.

Beriringan dengan dia memberikan api ditangannya kepada Santakalan, disaat Santakalan mengambil api itu, seketika Nenek Pakandre menangkap Santakalan dengan ekornya dan bermaksud melemparkannya kedalam kurungan dimana kedua sahabatnya dan orang-orang yang berada dipemukiman pemukiman tersebut dikurungnya.

Baca:  Bupati Banggai Amirudin Tamoreka Kumpul para Investor

Namun Santakalan yang telah mengetahui tipu muslihat dari Nenek Pakandre itupun dengan cepat beradu kekuatan dengannya. Hingga disaat Santakalan mendapat kesempatan untuk menghunus pedangnya, ia pun langsung menebas ekor Nenek Pakandre tersebut, sehingga Nenek Pakandre yang memang sumber kekuatannya hanya mengandalkan ekornya, seketika tersungkur lalu mati.

Setelah kejadian itu, Santakalan masuk untuk menyelamatkan kedua sahabatnya dan orang-orang yang disekap dan belum sempat menjadi santapan dari Nenek Pakandre.

Dua pendekar itu senang bukan kepalang haru sekaligus bahagia sebab mereka akhirnya bisa bebas dari bahaya yang akan menimpa mereka. Santakalan pun ikut bahagia karna melihat kedua sahabatnya juga masih selamat.

Ditengah seduh sedan dan suka cita itu, terlihat dua orang mendekat kepada Santakalan dan sahabatnya. Dengan tatapan bahagia lagi haruh seketika mendekap Santakalan dari belakang.

Baca:  Menyoal Etika dan Moral Pemerintahan Bupati Amirudin (3)

Lalu Santakalan melihat kedua orang tersebut yang ternyata adalah kedua orang tuanya yang ikut menjadi korban dari Nenek Pakandre.

Sebelumnya, kedua orangtua Santakalan merasa bersalah lalu mencari anaknya, hingga akhirnya tak disangka bertemu Nenek Pakandre.

Kemudian dengan tatatapan penuh sesal juga bahagia, merekapun menceritakn bagaimana mereka sampai ditangkap oleh Nenek Pakandre.

Setelah mendengarkan cerita kedua orang tuanya itu, Santakalan pun mengajak semua orang untuk membakar ikan yang sangat besar yang dibawanya dari danau tadi bersama Sugigi Lontar.

Merekapun membakar ikan tersebut lalu menyantapnya secara bersama sama.

Pada akhirnya orang-orang tersebut menunjuk Santakalan menjadi pemimpin mereka di pemukiman itu.
Pemukiman itu kemudian diberi nama, yang saat ini dikenal dengan sebutan Desa Sampaka. *

Catatan :
Kisah ini adalah fiktif belaka jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian/cerita itu adalah kebutulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan.

(Penulis adalah Kepala Desa Sampaka, Kecamatan Bualemo)

error: Content is protected !!