Oleh: Ferdy Moidady
SAAT ini bertebaran spanduk, poster dan sejenis dari para Caleg sebagai kampanyenya. Namun, hampir semua tanpa alamat, nomor HP/WA dan sejenisnya.
Kita jadi bertanya-tanya, kenapa demikian. Padahal kampanye merupakan momen penting di mana calon legislatif (caleg) berusaha membangun komunikasi kemudian dukungan dari pemilih.
Namun, sebagian Caleg mungkin membuat keputusan kontroversial dengan tidak menyertakan informasi kontak pribadi, seperti alamat dan nomor HP, dalam kampanye mereka.
Padahal rakyat ingin tahu lebih dalam atau jauh tentang Caleg tertentu.
Berdiskusi (ngobrol), jadi tahu visi-misi Caleg tertentu. Juga karakter Caleg. Juga tingkat perjuangkan Caleg terhadap aspirasi rakyat.
Tulisan ini mencoba membahas dengan sederhana, dampak dari kampanye tanpa alamat dan tanpa nomor HP/WA dan sejenisnya.
Kemudian, mencoba dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan Caleg tanpa alamat, nomor HP dan sejeninya.
Kurangnya Keterbukaan dan Transparansi
Salah satu dampak paling nyata dari tidak menyertakan alamat dan nomor HP dalam kampanye adalah kurangnya keterbukaan dan transparansi.
Pemilih cenderung menginginkan calon yang terbuka, siap untuk berkomunikasi, dan memberikan gambaran yang jelas tentang diri mereka.
Tanpa informasi kontak pribadi, kesan transparansi caleg dapat tergerus.
Keterlibatan dengan Pemilih
Keterlibatan langsung dengan pemilih adalah elemen kunci dalam membangun dukungan politik yang kuat.
Alamat dan nomor HP yang disediakan menjadi jembatan komunikasi antara caleg dan pemilih.
Informasi ini dapat memberikan pemilih kesempatan untuk mengajukan pertanyaan, menyampaikan masukan, atau bahkan memberikan dukungan langsung.
Oleh karena itu, ketiadaan informasi kontak pribadi dapat menciptakan kesan kurangnya keterlibatan.
Pertimbangan Privasi
Meskipun alasan tidak menyertakan informasi kontak dapat berkisar dari strategi kampanye hingga kekhawatiran privasi, caleg perlu mempertimbangkan bagaimana menjaga keseimbangan antara hak pribadi dan kebutuhan pemilih untuk berkomunikasi.
Beberapa caleg mungkin merasa perlindungan privasi lebih penting daripada kebutuhan untuk memberikan akses langsung.
Perspektif Pakar Komunikasi Politik
Dalam buku “Strategic Political Communication in Election Campaigns,” Jesper Strömbäck dan Spiro Kiousis membahas pentingnya keterbukaan dalam komunikasi politik.
Mereka menekankan bahwa transparansi adalah elemen kunci untuk membangun hubungan yang solid antara caleg dan pemilih.
Menurut mereka, keterbukaan menciptakan ikatan yang lebih kuat dan membangun kepercayaan yang diperlukan untuk memenangkan dukungan.
Dampak pada Citra Politik
Ketidakhadiran informasi kontak pribadi dapat berdampak signifikan pada citra politik seorang caleg.
Pemilih mungkin menafsirkan hal ini sebagai ketidakpedulian atau bahkan kurangnya keberanian untuk berkomunikasi secara langsung dengan mereka.
Citra politik yang terbentuk dalam benak pemilih dapat mempengaruhi kesuksesan kampanye.
Solusi dan Strategi Alternatif
Caleg yang memilih untuk tidak menyertakan alamat dan nomor HP mereka dapat mencari solusi alternatif.
Mereka dapat mengoptimalkan penggunaan media sosial atau situs web resmi untuk menyediakan saluran komunikasi digital yang terbuka.
Membuat forum diskusi daring, mengadakan sesi tanya jawab online, atau menggunakan platform berbasis pesan adalah cara untuk tetap terhubung tanpa harus membuka informasi kontak pribadi.
Keputusan seorang caleg untuk tidak menyertakan alamat dan nomor HP dalam kampanye dapat memiliki dampak yang signifikan.
Sementara ada pertimbangan privasi yang harus dihormati, keterbukaan dan keterlibatan dengan pemilih tetap kunci dalam membangun dukungan politik yang kokoh.
Caleg perlu mencari solusi alternatif dan strategi komunikasi yang efektif untuk menjaga keseimbangan antara privasi dan keterlibatan dengan pemilih.
Semoga Tuhan selalu melindungi dan menyayangi kita dan generasi muda kita. *
(Penulis adalah pengajar Sejarah Indonesia di SMK Depok Jawa Barat)
Kunjungi Luwuk Times di Google News
Discussion about this post