Indikatornya adalah banjir yang terus terjadi di wilayah yang tiap tahunnya terdampak serta kesadaran masyarakat tentang pentingnya antisipasi bencana.
Hasilnya akibat banjir masyarakat kesulitan terhadap akses pangan dan air minum, kondisi kesehatan yang buruk yakni diare, muntaber, hipotermia, demam berdarah, tifus, penyakit kulit, demam, hepatitis A dan beberapa penyakit lainnya.
Dalam data dan informasi BPBD Sulteng pula dampak bencana cukup signifikan di lahan pertanian dan perkebunan warga.
Sehingga tanaman warga rusak dan mengakibatkan kerugian materiil, di samping infrastruktur masyarakat dan akses transportasi seperti jalan dan jembatan.
Selain faktor alami, kerusakan lingkungan menjadi penyebab utama salah satu masalah banjir di Kabupaten Banggai.
Alih fungsi hutan, penyerobotan hutan secara terus-menerus, penggundulan hutan minimnya sosialisasi kepada masyarakat tentang penyebab bencana banjir.
Seharusnya Pemerintah Kabupaten Banggai melakukan upaya dini dalam mengurangi resiko bencana banjir.
Misalnya, Pemda Banggai harus turut mempersiapkan infrastruktur pada saat pra bencana, saat bencana dan sesudah bencana, Pemda dan dinas terkait melakukan sosialisasi yang intens terhadap masyarakat serta memantapkan pola tata ruang dan wilayah yang sesuai.
Sehingga pemerintah daerah Kabupaten Banggai benar tampak menjadi penanggung jawab penuh atas situasi bencana khsusnya bencana banjir di Kabupaten Banggai.
Bukan layaknya pahlawan kesiangan, yang tiba saat tiba akal dalam menyelesaikan bencana.
Ataupun selalu menyalahkan curah hujan yang tinggi, padahal BMKG telah memperkirakan curah hujan secara sains. *
Penulis adalah: Pegiat HAM, Alam dan Lingkungan
Discussion about this post