IKLAN
Opini

Politik: Hasrat Hantu Blau Yang Viral

1170
×

Politik: Hasrat Hantu Blau Yang Viral

Sebarkan artikel ini

Saya jadi berpikir, apakah suasana dan kondisi, ataukah soal pertemuan secara fisik yang mempengaruhi sebuah interaksi social?

Suasana informal di warung kopi misalnya, tentu bisa diasumsikan bahwa orang-orang yang sedang berada di tempat itu dalam suasana yang nyaman dan tidak lapar. Suasana ini mungkin sangat mempengaruhi mood siapapun yang berada di tempat itu.

Ada ungkapan bahwa bangsa yang pemarah adalah bangsa yang rakyatnya lapar. Hal ini mendapat justifikasi teoritis sebagaimana dilansir Livestrong yang kemudian dikutip oleh detikhealth, rasa lapar memang memicu amarah.

Hal ini karena bila orang dibiarkan lapar dalam jangka waktu lama, maka kadar gula darah di dalam tubuhnya sangat terganggu. Akibatnya, pasokan glukosa (gula) yang mencapai otak menjadi berkurang.

Di dalam darah, glukosa dikirim juga ke otak sebagai sumber energi yang antara lain berguna untuk mengontrol temperamen dan emosi negatif lainnya. Rendahnya kadar gula darah atau hipoglikemia inilah yang akan membuat amarah seseorang menjadi naik, sehingga mudah tersinggung dan marah.

Baca:  Tahta, Harta dan Wanita dalam Arsip Memori

Di lain sisi pertemuan secara fisik, betul-betul tak dapat digantikan oleh interaksi social di dunia maya.

Simbol-simbol emosi yang dipakai dalam dunia maya, tak bisa secara real menjelaskan emosi lawan bicara kita di seberang sana.

Sementara ketika pertemuan dilakukan secara langsung dan saling bertatap muka, setiap orang dapat menakar emosi masing-masing dari pancaran wajah secara langsung.

Dari sini, masing-masing orang dapat menahan diri dalam memaksakan kehendak atau mencoba meyakinkan orang dengan nilai dan prinsip politik yang diyakininya.

Inilah sebabnya, saya berpikir perlu ruang-ruang informal dalam proses penyaluran aspirasi politik yang mengarah pada proses pencerahan pemikiran dan pendidikan politik yang baik dan guyub.

Sebagaimana yang telah disebutkan oleh Chang di atas, bahwa baik langsung maupun tak langsung, politik mempengaruhi kehidupan kita.

Baca:  Jelang Idul Fitri, Pemda Banggai Kepulauan Gelar GPM

Hal inilah yang membuat kita berupaya untuk mengaktualisasikan diri baik secara personal maupun dengan pola personifikasi diri kita dengan tokoh yang kita dukung atau kita idolakan.

Mau tak mau, suka atau tak suka, sepertinya media untuk memfasilitasi “hasrat” politik ini perlu disediakan.

Pola-pola interaksi secara fisik yang “monondok” dan gayeng semacam diskusi warung kopi, dapat menjadi salah satu alternative menyalurkan hasrat politik tersebut.

Tentunya dengan kemasan lebih baik dan disesuaikan dengan atmosphere good governance yang sama kita inginkan. Dalam suasana pontoutusan / montolutusan itu pula dapat disebarkan benih-benih politik sehat tanpa mahar.

Saya sendiri sedang memulainya dengan pola penyebaran mural di sudut-sudut Kota Salakan, agar warga dapat terlepas dari proses pembodohan politik, bernama politik uang.  Wallahu a’lam bishowab. *

Penulis adalah Pj. Bupati Banggai Kepulauan

error: Content is protected !!