LUWUK, Luwuktimes.id – Selain pilkada yang akan dihelat 9 Desember 2020, momentum musyawarah daerah (Musda) ke X Partai Golkar Banggai juga masih menjadi pembahasan hangat kalangan politisi di daerah ini.
Hanya akan ada dua jawabannya. Apakah pucuk pimpinan partai pasca Samsulbahri Mang alias Obama (Om Bali Mang, red) masih akan dihandel kader, atau sebaliknya ketua partai berasal dari nonpartisan.
Fenomena politik itu bukan tidak mungkin terjadi. Pasalnya, setelah dua kali molor, Musda Partai Golkar Banggai baru akan dihelat usai pilkada serentak mendatang.
Rupanya mantan Sekretaris DPD Partai Golkar Bangkep, Harsono Moidady, mengikuti perkembangan diinternal Partai Golkar Banggai. Dia pun nimbrung memberi analisa politik tentang siapa tokoh yang nantinya diorbitkan partai pemilik 5 kursi ini di DPRD Banggai.
Baca juga: Sofhian Mile: Golkar Banggai Butuh Pemimpin Muda dan Energik
Kepada Luwuktimes.id, Sabtu (19/09/2020), Harsono mengatakan, konstalasi politik pilkada Banggai sangat memberi pengaruh terhadap pelaksanaan Musda beringin rindang kedepan.
Apabila kata Harsono, kontestasi pilkada Banggai dimenangkan paslon Amirudin Tamoreka-Furqanudin Masulili (AT-FM), maka kans kader Partai Golkar menahkodai partainya terbilang kecil.
Dia memprediksi, kursi nomor wahid di Golkar Banggai akan diberikan kepada FM. “Kalau pak AT tidak mungkin. Karena beliau fungsionaris DPW Partai NasDem Sulteng. Tapi lebih cenderung ke FM yang notabene nonpartisan,” jelas Harsono.
Bagaimana ketika paslon Sulianti Murad-Zainal Abidin Alihamu (HATIMU) yang menjad the camphion pada kompetisi pilkada?
Om Potik sapaan Harsono Moidady kembali memberi analisanya.
Mengingat Sulianti Murad adalah Ketua DPC Partai Gerindra Kabupaten Banggai, sehingga ruang itu lebih terbuka untuk Zainal Abidin Alihamu dilegitimasi sebagai Ketua Golkar Banggai.
Baca juga: Diapresiasi Sofhian Mile Rebut Ketua Golkar, Ini Respons Irwanto
Dan kalaupun Zainal tidak merespons tawaran itu, maka kata Om Potik disitu peluang Partai Golkar tetap dipegang kader murninya. Meski begitu, Partai Golkar tetap berafiliasi dengan pemerintah.
Partai Golkar identik dengan pemerintah alias cenderung lebih dekat dengan kekuasaan. Karena dengan cara itulah, Partai Golkar mampu mempertahankan eksistensinya.
Dan fakta itu kata Om Potik sudah terjadi di sejumlah wilayah di tanah air. Salah satu contoh kongkritnya adalah di Kabupaten Bangkep.
“Pak Lania Laosa setelah terpilih menjadi bupati langsung dilegitimasi sebagai Ketua DPD Golkar Bangkep. Begitu pula pak Zainal Mus. Menang di Pilkada, kursi nomor satu di Golkar juga didudukinya,” kata dia. *
(yan)
Discussion about this post