LUWUKTIMES.ID — Kampanye hitam atau black campaign sulit dihindari. Faktanya, dalam setiap kali perhelatan pesta demokrasi, mulai dari pemilu hingga pemilihan kepala daerah, fenomena itu selalu ada.
“Kampanye hitam itu sulit dihindari. Karena setiap pesta demokrasi hal itu sering terjadi,” kata Ade Putra Ode Amane, staf pengajar di Universitas Muhammadiyah Luwuk yang menjadi narasumber pada kegiatan Bawaslu Banggai, bertempat Hotel Swiss Belinn Luwuk, Rabu (24/01/2024).
Ade Putra menjelaskan, ada tiga pemicu yang melatari sehingga kampanye hitam selalu saja memberi warna tak sedap di setiap pemilu.
Pertama, hasrat berkuasa yang terlalu tinggi.
Menurut Ade Putra, terkadang ketika hasrat ingin berkuasa terlalu over, maka segala cara dapat dilakukan. Sekalipun cara tersebut tidak elegan, bahkan melangkahi aturan.
Kedua, miskin gagasan kreatif berkampanye.
Faktor ini kata Ade Putra sangat berpotensi terjadi kampanye hitam. Karena tidak punya kreativitas dalam berkampanye, maka senjata yang digunakan adalah dengan menyerang personal, baik terhadap calon legislatif maupun terhadap calon kepala daerah.
Sedang pemicu ketiga sambung Ade Putra adalah moralitas politik.
“Karena tidak memiliki moral politik yang baik, sehingga sangat berpotensi melakukan black campaign kepada kontestan lainnya,” ucapnya.
Selain Ade Putra, Ketua Bawaslu Kabupaten Banggai Ridwan juga menjadi narasumber pada kegiatan yang berlangsung setengah hari tersebut.
Baca: Undang Partai Politik dan Jurnalis di Luwuk, Bawaslu Banggai Sosialisasi Dua Agenda
Discussion about this post