LUWUK TIMES— Ditengah maksimalnya capaian kinerja Badan Riset dan Inovasi Daerah (BRIDA) Kabupaten Banggai, namun tidak sedikit kendala yang harus dihadapi organisasi perangkat daerah (OPD) ini. Salah satu akar masalah, belum optimalnya publikasi inovasi daerah.
Demikian penyampaian Kepala BRIDA Banggai Andi Nur Syamsi Amir, saat pemaparan rancangan awal Renstra BRIDA Kabupaten Banggai tahun 2025-2029, bertempat ruang rapat, Sabtu (08/09/2025).
“Publikasi inovasi daerah perlu kita tingkatkan,” kata Andi Nur Syamsy.
Tak hanya soal diseminasi dan replikasi inovasi daerah yang kata Andi Nur Syamsy terbatas.
Akan tetapi pada kegiatan yang turut hadir sejumlah perwakilan OPD lingkup Pemda Banggai, kalangan akademisi, pelaku UMKM dan jurnalis, Kepala BRIDA Banggai juga memaparkan analisis permasalahan perangkat daerah lainnya.
Ia mengaku, riset yang telah dilaksanakan belum sepenuhnya didasarkan pada kebutuhan prioritas pembangunan daerah.
Begitu pula anggaran yang ada lebih sedikit dibanding dengan jumlah usulan riset. Termasuk tambah Andi Nur Syamsy, masih rendahnya budaya riset dan inovasi.
Akar Masalah
Permasalahan lain sambung Andy Nur Syamsy, nilai indeks inovasi daerah (IID) Kabupaten Banggai tahun 2025 sebesar 59,81 dengan predikat inovatif. Meski tertinggi se Sulteng, namun belum masuk daerah yang sangat inovatif, dengan standar nilai 65.
Soal permasalahan yang satu ini, menurut Kepala BRIDA Kabupaten Banggai, ada empat point akar masalahnya.
Pertama, belum optimalnya pelaksanaan laboratorium inovasi.
Kedua, setiap tahunnya standarisasi penentuan nilai dan predikat indeks inovasi daerah selalu berubah.
Ketiga, inovasi sering terhambat, karena terjadi pergantian ASN yang mengelola inovasi itu sendiri.
Keempat, laporan inovasi tahunan dan evaluasi berkala atas capaian inovasi OPD belum dilakukan.
Karena masih OPD baru, sehingga kompetensi SDM riset dan inovasi masih terbatas. Dan londisi itu tak ditampik Andi Nur Syamsy Amir.
“Kapasitas SDM yang menangani kegiatan riset dan inovasi pada perangkat daerah, akademisi dan masyarakat umum masih belum memadai,” ucap Andi Nur Syamsy Amir. *











